Menpar Minta Operator Wisata Ekstrem Diaudit Buntut Kasus Rinjani
Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana meminta pengawasan ketat dan audit mendalam terhadap semua operator dan pemandu wisata ekstrem.
Hal itu merespons insiden pendaki asal Brazil, Juliana Marins yang tewas terjatuh ke jurang dalam pendakian di Gunung Rinjani, NTB beberapa waktu lalu.
"Pengawasan dan audit mendalam terhadap semua operator serta pemandu di destinasi ekstrem, untuk memastikan mereka memiliki sertifikasi sesuai yang disyaratkan otoritas terkait," kata dia dalam keterangannya, Sabtu (28/6).
Widi mengingatkan soal kepatuhan terhadap standar operasional prosedur (SOP) dalam destinasi wisata ekstrem seperti mendaki. Dia menyampaikan belasungkawa dalam insiden tewasnya Juliana.
Menurut dia, insiden itu mengingatkan bahwa setiap destinasi wisata ekstrem memiliki risiko serius. Widi mengatakan SOP pendakian ekstrem, terutama di Gunung Rinjani, telah diatur dalam SK Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Nomor 19 Tahun2022.
"Kami ingin menegaskan kewajiban ketat untuk mematuhi SOP yang telah diatur. Kepatuhan terhadap prosedur ini bukan sekadar formalitas, namun menjadi benteng utama dalam meminimalkan insiden fatal," katanya.
Widi juga meminta agar ada pelatihan ulang bagi pemandu dan porter yang mencakup teknik keselamatan, evakuasi darurat, dan komunikasi krisis.
Saat ini, lanjut dia, Kemenpar terus melakukan kerja sama lintas kementerian/lembaga, mulai dari Kementerian Kehutanan, Basarnas, TNI/Polri, BPBD, Balai TN, dan Dinas Pariwisata Daerah untuk memastikan SOP berjalan efektif di lapangan.
"Edukasi publik bagi wisatawan, khususnya turis mancanegara, mengenai pentingnya menggunakan operator resmi, kelengkapan peralatan keselamatan, dan informasi risiko sebelum melakukan aktivitas ekstrem," ucap Widi.
(fra/thr/fra)