Di lantai tertinggi ini, garis cakrawala Jakarta terlihat penuh. Dari utara ke selatan, dari barat ke timur, gedung-gedung, jalan raya, dan permukiman kota terlihat seolah hanya dalam satu genggaman pandang. Dan saat malam tiba, cahaya kota menjelma menjadi lanskap urban yang nyaris hipnotis.
Bagi Anda yang ingin berkunjung, rasanya perlu memerhatikan beberapa hal. Misalnya, waktu terbaik untuk berkunjung ke UP di Thamrin Nine ini. Anda disarankan berkunjung menjelang senja, antara pukul 16.30 hingga 18.30.
Saat itu, langit Jakarta mulai berubah warna, dan lampu kota menyala satu per satu. Dari ketinggian ini, Ibu Kota tampak seperti permadani cahaya yang hidup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Anda juga perlu mencari tahu soal tiket masuk ke setiap arena. Untuk tiket masuk ke Sky Garden dibanderol mulai dari Rp100.000 per orang. Pengunjung yang ingin mencoba UPswing perlu membayar tambahan Rp75.000, sementara untuk masuk ke UP High dikenakan biaya tambahan Rp85.000. Tiket dapat dipesan secara langsung atau melalui platform daring seperti Loket.com.
Beberapa ketentuan juga perlu diperhatikan. Pengunjung dilarang membawa kamera profesional, tripod, gimbal, tongkat swafoto, maupun drone. Ponsel wajib digantungkan dengan tali leher, terutama saat berada di area terbuka. Penggunaan pelindung sepatu juga diwajibkan ketika berjalan di atas lantai kaca.
Disarankan membawa tas ringan dan mengenakan pakaian nyaman karena sebagian besar area observatorium berada di ruang terbuka. Fasilitas penitipan barang tersedia di lantai tiket bagi pengunjung yang membawa barang lebih banyak.
Dari segi akses, lokasi UP at Thamrin Nine cukup strategis. Terhubung langsung dengan transportasi publik seperti MRT Dukuh Atas, LRT, KRL BNI City, dan halte TransJakarta Tosari. Pengunjung yang membawa kendaraan pribadi juga bisa memanfaatkan area parkir serta stasiun pengisian daya untuk mobil listrik.
Dengan kombinasi pemandangan kota, pengalaman digital, dan wahana ekstrem, UP at Thamrin Nine bukan sekadar observatorium, ia menjadi destinasi baru bagi warga dan wisatawan yang ingin melihat Jakarta dari cara yang berbeda.
Di tempat ini, ibu kota yang sering terasa padat dan riuh, justru tampil hening dan luas. Dan siapa sangka, kadang cara terbaik untuk memahami kota adalah dengan melihatnya dari atas, dari ketinggian yang cukup untuk mengingatkan, bahwa Jakarta, sesibuk apa pun, tetap menyimpan sisi yang bisa dinikmati pelan-pelan dan dalam kesunyian.
(tis/wiw)