LAPORAN DARI PARIS

Ode Eksentrik kepada Masa Lalu dan Masa Depan Lewat Schiaparelli

Fandi Stuerz | CNN Indonesia
Selasa, 08 Jul 2025 16:30 WIB
Schiaparelli membuka Paris Couture Week lewat koleksi bertajuk 'Back to the Future'.
Rumah mode Schiaparelli membuka Paris Couture Week dengan megah dan penuh kejutan. Di tangan Daniel Roseberry, koleksi ingin menyelami sejarah sembari memproyeksikannya ke masa depan. (CNN Indonesia/Fandi Stuerz)
Paris, CNN Indonesia --

Paris Couture Week resmi dimulai pada Senin (7/7). Pembukaan penuh kejutan dan megah diinisiasi rumah mode Schiaparelli di bawah arahan Daniel Roseberry.

Bertempat di Petit Palais, museum neoklasik yang memesona di pinggir Champs-Élysées, Daniel Roseberry menghadirkan koleksi yang menggali kedalaman sejarah sambil memproyeksikannya ke masa depan, lewat tajuk 'Back to the Future'.

Dalam sebuah koleksi yang nyaris hitam-putih, Roseberry menelusuri arsip rumah mode ini hingga ke era sebelum Perang Dunia II, periode ketika Elsa Schiaparelli meninggalkan Paris dan pergi ke New York pada Juni 1940.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Koleksi ini didedikasikan untuk periode tersebut, ketika kehidupan dan seni berada di ambang jurang: senjakala dari elegansi, dan akhir dari dunia sebagaimana yang kita kenal," jelas Roseberry dalam shownote.

Alih-alih mengulang kejayaan masa lalu dengan nostalgia, Roseberry menggunakan pendekatan konseptual yang tajam dan penuh lapisan.

Ia mempertanyakan: "Jika saya menghilangkan warna dari koleksi ini, menjauhkannya dari modernitas, lalu secara obsesif fokus pada masa lalu-bisakah saya menciptakan sesuatu yang justru tampak lahir dari masa depan?".

Pertanyaan ini dijawab lewat parade siluet yang tidak bergantung pada korset atau panier, namun tetap memancarkan drama.

Dari jas berpotongan tajam dengan sulaman benang perak, hingga gaun malam potongan bias yang mengalir, rumah mode Schiaparelli menunjukkan betapa teknik haute couture bisa berevolusi tanpa meninggalkan fondasinya.

Semua ini bukan hanya soal estetika, tapi juga filosofi kerja Roseberry, salah satu dari sedikit desainer yang masih membuat sketsa dengan tangan untuk seluruh koleksinya, serta dedikasi luar biasa pada detail unik dan teknik kerajinan yang rumit.

"Yang tersisa adalah sesuatu yang esensial, sebuah kembalinya pada prinsip-prinsip yang justru terasa revolusioner," ujar sang desainer. Ia menyebut koleksi ini sebagai dunia tanpa layar, tanpa AI, tanpa teknologi.

"Dunia lama, ya, tapi juga dunia post-futuristic. Mungkin keduanya adalah hal yang sama."

Pertunjukan ini bukan sekadar sebuah parade busana, tetapi menjadi manifestasi surealisme yang menggambarkan dialog antara seni dan mode, senapas dengan semangat sang pendiri rumah mode. Dahulu Elsa kerap berkolaborasi dengan seniman kala itu, seperti Jean Cocteau dan Salvador Dali.

Menyulap arsip lawas jadi futuristik

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER