LAPORAN DARI PARIS

Couture ala Robert Wun dan Makna Busana yang 'Sakral'

Fandi Stuerz | CNN Indonesia
Senin, 14 Jul 2025 10:00 WIB
Lewat koleksi teranyarnya di Paris Couture Week, Robert Wun menegaskan dirinya sebagai desainer muda paling menjanjikan dalam kancah couture global. (CNN Indonesia/Fandi Stuerz)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dalam dunia yang semakin kacau dan masa depan semakin suram, banyak dari kita justru menemukan pelarian pada sesuatu yang sederhana, personal, namun penuh makna: berpakaian.

Di tengah hiruk pikuk zaman, aktivitas mengenakan busana menjadi bentuk perlawanan, salah satu cara untuk menata ulang identitas, menegaskan eksistensi, dan memancarkan harapan.

Inilah semangat yang diangkat oleh Robert Wun dalam koleksi couture Fall/Winter 2025 bertajuk "Becoming" yang dipamerkan di Paris Haute Couture Week, Rabu (9/7).

Melalui narasi yang intim dan pendekatan visual sinematik, Robert Wun menghadirkan koleksi yang menjadikan runway sebagai ruang kontemplasi akan ritual berpakaian. Dari ingatan samar akan malam panjang hingga detik-detik sunyi sebelum keluar rumah, setiap tampilan menjadi bab dalam kisah transformasi pribadi.

Lahir di Hong Kong dan kini berbasis di London, Inggris, Robert Wun dikenal sebagai salah satu desainer muda paling menjanjikan dalam kancah couture global. Sejak mendirikan label eponimnya pada tahun 2014 setelah lulus dari London College of Fashion, Robert Wun konsisten mengeksplorasi siluet yang terlihat seperti pahatan, konstruksi tajam, dan storytelling yang emosional.

Pada tahun 2023, ia mencetak sejarah sebagai desainer asal Hong Kong pertama yang tampil resmi di kalender Paris Haute Couture Week. Ini menjadi sebuah pencapaian yang menandai posisinya sebagai kekuatan baru dalam dunia high fashion.

Sebagai seorang desainer yang dikenal akan tailoring yang presisi dan siluet yang tak biasa, Robert Wun sekali lagi membuktikan kepiawaiannya sebagai penjahit ulung. Setiap potongan, mulai dari ujung jahitan yang dibiarkan terbuka, lapisan-lapisan setengah jadi, hingga permainan proporsi dramatis, menggugah pertanyaan yang lebih dalam: bukan hanya apa yang kita kenakan, tapi mengapa kita memilih mengenakannya.

"Becoming" adalah perenungan visual tentang bagaimana busana menyatu dengan momen-momen penting dalam hidup. Wun mengajak penonton menelusuri proses berpakaian sebagai sebuah narasi yang kaya emosi, dari bangun tidur kala perayaan hari besar, berganti gaya rambut, memilih busana baru, menyemprot parfum terakhir, hingga menatap diri di cermin sebelum melangkah.

Setiap tahapan menjadi simbol transformasi. Sebuah perjalanan menuju versi diri yang lebih berani, lebih siap, dan lebih jujur terhadap emosi.

Presentasi koleksi haute couture Robert Wun di Paris Couture Week, Rabu (9/7). (CNN Indonesia/Fandi Stuerz)

Dalam koleksi ini, Wun juga mengeksplorasi konsep unfinished beauty-keindahan yang belum selesai-yang menjadi salah satu benang merah dalam estetika couture kontemporer.

Siluet yang tampak 'setengah dipakai', aksen asimetris, dan layering yang mengaburkan batas antara tubuh dan pakaian menciptakan ketegangan visual yang menarik. Bukannya menampilkan kesempurnaan yang steril, Robert Wun justru merayakan proses dan ketidaksempurnaan sebagai bagian dari kisah pribadi setiap individu.

Ada kesan teatrikal namun tidak berlebihan. Setiap look terasa seperti potongan adegan dari film psikologis.

Misalnya, bodysuit hitam berkilau merepresentasikan inti diri yang terbuka dan intim, dipadukan dengan rok putih dramatis penuh percikan tinta hitam yang melambangkan kenangan atau luka masa lalu.

Masker wajah menyerupai sheet mask menambah lapisan simbolisme tentang ritual kecantikan dan pencarian identitas.

Keseluruhan tampilan ini menjadi pernyataan emosional tentang keberanian untuk tampil, meski membawa beban narasi personal yang belum sepenuhnya selesai.

Ada emosi, cerita, dan yang paling penting, eksekusi konstruksi garmen yang sangat baik. Dengan referensi visual yang kuat dan teknik konstruksi yang kompleks namun tetap wearable, koleksi ini berhasil menyeimbangkan antara seni tinggi dan kemanusiaan yang sering kali terlihat rapuh.

"Becoming" bukan hanya sebuah koleksi busana, tapi juga menjadi manifesto visual tentang bagaimana pakaian dapat menjadi bagian dari perjalanan menjadi diri sendiri.

Di tangan Robert Wun, busana tidak lagi sekadar objek yang menempel di tubuh, tapi menjadi alat ekspresi yang menyatu dengan pikiran, emosi, dan keberanian untuk berubah.

Robert Wun tidak hanya mengukuhkan posisinya sebagai salah satu desainer couture paling menarik saat ini, tetapi juga memperkuat narasi bahwa di tengah ketidakpastian dunia, berpakaian tetap bisa menjadi bentuk ketenangan. Sebuah ritual harian yang penuh makna.

(asr/asr)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK