Menangis seringkali diasosiasikan dengan kelemahan, kesedihan, atau saat emosi memuncak. Namun di balik stigma sosial yang melekat, menangis ternyata menyimpan berbagai manfaat bagi tubuh dan pikiran.
Baik itu karena luka hati, film yang mengharukan, atau bahkan kebahagiaan luar biasa, menangis bukan hanya bentuk pelampiasan emosi, ini adalah proses biologis dan psikologis yang berdampak langsung pada kesehatan.
Berikut adalah sejumlah manfaat menangis melansir Healthy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Lauren Bylsma dari University of Pittsburgh, menangis membantu tubuh kembali ke kondisi seimbang setelah berada dalam situasi penuh tekanan.
Saat seseorang menangis, tubuh secara otomatis keluar dari mode 'fight or flight' dan memasuki fase 'rest and digest' yang lebih tenang. Inilah sebabnya menangis bisa terasa begitu melegakan setelah menghadapi situasi emosional.
Hampir dua pertiga orang mengaku merasa lebih baik setelah menangis.
Walaupun efek positifnya tak langsung terasa, kadang baru terasa setelah 20 hingga 90 menit pasca-menangis, air mata bisa membantu tubuh melepaskan hormon endorfin yang berperan sebagai pereda nyeri alami dan pengangkat suasana hati.
Menangis juga merupakan bentuk komunikasi emosional. Tangisan menjadi sinyal bahwa seseorang membutuhkan dukungan atau perhatian.
Ketika Anda menangis di hadapan orang yang peduli, hal itu bisa mempererat ikatan emosional dan meningkatkan rasa kepercayaan antar individu.
Air mata bisa membangkitkan empati orang di sekitar. Tangisan dapat mengurangi agresi lawan bicara dan memancing reaksi yang lebih lembut serta penuh pengertian. Pun secara evolusioner, tangisan manusia dewasa berasal dari tangisan bayi yang menjadi cara mereka meminta pertolongan.
![]() |
Penelitian oleh kimiawan William Frey menemukan bahwa air mata emosional mengandung lebih banyak protein dan zat hasil stres dibanding air mata yang disebabkan oleh iritasi fisik (seperti mengupas bawang).
Meski belum banyak dikaji lebih lanjut, teori ini mendukung anggapan bahwa menangis membantu pendetoks tubuh.
Air mata menjaga kelembapan mata dan melindungi dari benda asing serta infeksi. Kandungan enzim seperti lisozim di dalam air mata bahkan diyakini mampu membunuh bakteri. Namun, menangis berlebihan dapat menyebabkan iritasi, membuat mata tampak merah dan bengkak.
Menangis, terutama saat sendiri, sering kali menjadi momen refleksi mendalam. Hal ini bisa menjadi cara tubuh dan pikiran menyusun ulang emosi serta menerima perasaan yang sulit.
Dalam keheningan, air mata dapat menjadi bentuk permohonan tak langsung akan bantuan, baik kepada orang lain maupun kepada Tuhan.
Hormon turut memengaruhi frekuensi dan intensitas menangis. Estrogen membuat perempuan cenderung lebih mudah menangis, terutama selama PMS atau setelah melahirkan.
Sebaliknya, testosteron pada laki-laki diduga menekan keinginan untuk menangis. Namun, budaya juga punya peran besar, perempuan umumnya lebih bebas mengekspresikan tangisannya dibanding laki-laki.
Menangis bukan hanya urusan emosi, tapi juga melibatkan fisik secara menyeluruh, nafas terengah, detak jantung meningkat, keringat bercucuran.
Meski terkesan "melelahkan", proses ini membantu tubuh melepaskan ketegangan dan kembali ke kondisi tenang secara bertahap.
Tangisan tidak selalu datang dari kesedihan. Saat seseorang merasa sangat bahagia, terharu, atau kagum, tubuh bisa merespons dengan menangis. Hal ini juga menandakan puncak emosi yang akhirnya dilepaskan lewat air mata sebagai bentuk regulasi psikologis.
(tis/els)