Sekitar 40 persen warga Prancis tak bisa liburan karena biaya yang mahal dan tak terjangkau oleh mereka.
Temuan itu terungkap dalam studi dari organisasi independen L'Observatoire des Inagaliter (Observatorium Ketimpangan) yang dirilis pada Juni lalu. Mereka menemukan bahwa tingkat keberangkatan liburan sangat tidak merata, tergantung pendapatan dan kategori sosial.
Studi tersebut mengungkap 78 persen para eksekutif senior mampu melakukan perjalanan, dan 47 persen buruh tak bisa berlibur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semakin tinggi tangga sosial Anda, semakin besar kemungkinan Anda bisa pergi berlibur," demikian dalam studi itu, dikutip France24, Jumat (18/7).
Dalam studi itu juga dijelaskan 42 persen penduduk dengan pendapatan kurang dari 1.285 euro per bulan, terakhir berlibur pada Januari 2024 dalam 12 bulan terakhir. Sementara itu, bagi kelompok eksekutif, mereka telah berlibur dalam 12 bulan terakhir.
Liburan yang dimaksud adalah pergi ke luar rumah selama empat malam berturut-turut dan tak terkait pekerjaan. Pergi berlibur ini mencakup biaya transportasi dan akomodasi.
Tak cuma status sosial, latar belakang ekonomi keluarga dan jaringan juga berpengaruh terhadap intensitas liburan seseorang.
"Pada jenjang sosial yang lebih tinggi, orang-orang lebih sering memiliki akses ke akomodasi gratis di tempat liburan, seperti rumah kedua," demikian laporan mereka.
Para kritikus menilai ketidaksetaraan di Prancis bukan lah sesuatu yang pasti. Mereka bisa meniru Denmark yang bisa membuat 80 persen warganya berlibur dengan dukungan yang memadai.
Para ahli juga mengatakan pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk memungkinkan lebih banyak orang berlibur. Menurut mereka hal tersebut bisa memberi manfaat dan meningkatkan kesetaraan.
Saat berlibur, warga jadi punya kesempatan berbaur dengan berbagai lapisan sosial masyarakat.
Direktur pusat penelitian tren sosial dan ekonomi di Prancis Credoc, Sandra Hoibian, mengatakan saat berada di tempat seperti pantai, festival, atau galeri budaya, orang cenderung berbicara satu sama lain.
"Berbagai kelompok sosial berinteraksi lebih sering daripada biasanya," kata Hoibian.
Lebih lanjut, dia juga mengatakan mendukung lebih banyak orang berlibur dan menyediakan kegiatan hiburan yang mudah diakses akan membantu menghilangkan batas-batas kesenjangan sosial.
(nsa/agt)