Tren Nanya ke Chatbot 'What's My Curse' Viral, Ini Kata Psikolog

CNN Indonesia
Rabu, 30 Jul 2025 12:15 WIB
Lewat tren 'What's My Curse', warganet membagikan kutukan atau kebiasaan negatif pada dirinya yang didapat dari hasil berbincang dengan chatbot.
Ilustrasi. Lewat tren 'What's My Curse', warganet membagikan kutukan atau kebiasaan negatif pada dirinya yang didapat dari hasil berbincang dengan chatbot. (iStock/FreshSplash)
Jakarta, CNN Indonesia --

Media sosial, utamanya Instagram, tengah ramai dengan tren viral 'What's My Curse'.

Lewat tren ini, warganet membagikan kutukan pada dirinya yang didapat dari hasil berbincang dengan chatbot. Hasilnya merujuk pada perasaan atau kebiasaan negatif dalam hidup.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di satu sisi, tren ini seolah-olah menjadi ajang refleksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Namun, di sisi lain, tren ini juga berpotensi membuat seseorang kecanduan mencari makna personal melalui chabot yang bahkan tidak dikenal, tanpa menyelaminya secara pribadi dan mendalam.

"Terlalu sering mencari makna dari chatbot bisa membuat orang bergantung untuk validasi diri," ujar psikolog klinis Salma Ghina Sakinah Safari, Selasa (29/7), mengutip detikhealth.

Menurutnya, tidak semua 'kutukan' yang disebutkan chatbot relevan secara psikologis atau sesuai dengan konteks pribadi.

Tapi, setidaknya tren ini bisa menjadi langkah awal untuk merenung atau berdiskusi dengan diri sendiri.

Lagi pula, menurut Ghina, curhat atau bertanya ke chatbot tak lantas membuat seseorang menjadi tidak normal. Normal atau tidaknya tergantung dari tujuan dan frekuensi.

Jika hanya ingin meluapkan pikiran atau mencari saran awal sebelum profesional, maka itu sah-sah saja. Tapi, jika jawaban-jawaban chatbot sudah menggantikan peran manusia, maka perlu ada yang diwaspadai.

"Chatbot bukan pengganti profesional, jadi jangan dijadikan sumber diagnosis atau terapi," ujar Ghina mengingatkan.

(asr/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER