1 dari 3 Orang Indonesia Tak Suka Lihat Ibu Menyusui di Tempat Umum

CNN Indonesia
Jumat, 08 Agu 2025 15:30 WIB
Ilustrasi. Laporan terbaru dari HCC menemukan, 1 dari 3 orang Indonesia masih memiliki persepsi negatif terhadap ibu menyusui di tempat umum. (Istockphoto/ Petrunjela)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menyusui adalah hak dasar ibu dan anak. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa praktik ini masih memicu perdebatan ketika dilakukan di ruang publik.

Laporan terbaru Health Collaborative Center (HCC) bertajuk "Persepsi dan Dukungan pada Ibu Menyusui di Tempat Umum" mengungkap fakta mencemaskan. Satu dari tiga orang Indonesia masih memiliki persepsi kontra atau negatif terhadap ibu menyusui di tempat umum.

Penelitian yang dilakukan dengan metode eksperimen sosial berbasis visual online ini melibatkan 713 responden pada 4-5 Agustus 2025. Mayoritas responden adalah perempuan (84 persen) dengan rata-rata usia 30 tahun. Mereka diminta menanggapi beragam skenario ibu menyusui di berbagai lokasi, mulai dari taman, transportasi umum, kafe, hingga tempat makan.

Hasilnya, 30 persen responden mengaku tidak nyaman, sementara 29,7 persen merasa gelisah saat melihat ibu menyusui di ruang publik.

Lebih dari itu, separuh responden (50 persen) menyatakan hanya setuju jika ibu menyusui di tempat umum menggunakan penutup. Hampir 30 persen berpendapat bahwa menyusui sebaiknya dilakukan di ruang khusus saja.

"Ini bukan sekadar soal kenyamanan visual. Ini soal hak dasar perempuan. Ketika masyarakat masih menolak praktik menyusui di ruang publik, berarti kita belum sepenuhnya mendukung ibu dan anak secara sosial," ujar Ray Wagiu Basrowi, peneliti utama sekaligus pendiri HCC saat menyampaikan hasil penelitiannya dalam acara temu media di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (8/8).

Transportasi umum dan kafe masih jadi 'zona sensitif'

Ray merinci hasil temuannya. Kata dia, penolakan terbesar muncul terhadap beberapa lokasi yang kerap digunakan masyarakat sehari-hari, yakni:

- 33,8 persen menolak ibu menyusui di transportasi umum,
- 34,6 persen menolak di taman atau ruang terbuka,
- 32,8 persen menolak di kafe, dan
- 30,6 persen menolak di tempat makan.

Ilustrasi. Masih banyak warga Indonesia yang memandang negatif ibu menyusui di tempat umum. (Istockphoto/ Warrengoldswain)

Menurut Ray, data ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih mendorong ibu untuk 'bersembunyi' saat menyusui. Padahal, kondisi di lapangan sering kali membuat ibu tidak punya pilihan lain selain menyusui di mana saja ketika anak membutuhkan.

"Kita butuh lebih dari sekadar ruang laktasi di gedung perkantoran. Fasilitas menyusui di transportasi umum, taman, atau pusat perbelanjaan akan membantu ibu merasa aman dan nyaman, tanpa harus khawatir dipandang negatif," tambahnya.

Urgensi ruang menyusui di area publik

Oleh karena itu, kata dia, temuan ini juga memperkuat urgensi penyediaan ruang menyusui di area publik, termasuk di transportasi umum.

Bayangkan, seorang ibu yang sedang menempuh perjalanan jauh di kereta atau bus harus menenangkan bayi yang lapar, sementara fasilitas untuk menyusui tidak tersedia.

Akibatnya, ia terpaksa melakukannya di kursi penumpang, yang bisa memicu komentar atau tatapan tak nyaman dari orang lain. Ruang menyusui yang nyaman, bersih, dan mudah diakses akan membantu melindungi hak ibu sekaligus mengurangi stigma sosial.

Selain itu, keberadaannya juga bisa menjadi pesan simbolis bahwa menyusui adalah aktivitas alami yang patut dihormati, bukan dihakimi.

"Selama ini, banyak yang berpikir solusi terbaik adalah menutup aurat atau mencari tempat tersembunyi. Padahal, budaya mendukung ibu menyusui harus dimulai dari penerimaan di masyarakat. Itu baru yang namanya breastfeeding friendly environment," tegas Ray.

(tis/asr)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK