Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan oleh Full Frame Insurance mengungkap fakta menarik mengenai persepsi masyarakat terhadap foto liburan yang beredar di dunia maya.
Berdasarkan riset yang melibatkan 1.000 responden di Amerika Serikat (AS), terungkap bahwa tingkat skeptisisme publik terhadap konten visual perjalanan yang "terlalu sempurna" kini semakin meningkat.
Meskipun foto-foto yang menawan berhasil memotivasi tiga dari empat orang untuk merencanakan perjalanan, motivasi tersebut dibarengi dengan keraguan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak 75 persen responden menyatakan ketidakpercayaan mereka terhadap destinasi atau akomodasi yang hanya menampilkan foto-foto hasil kurasi dan polesan berlebihan.
Kondisi ini mendorong hampir dua pertiga responden untuk mencari referensi visual yang lebih otentik. Mereka cenderung memilih foto-foto yang diunggah oleh pengguna biasa di berbagai platform, seperti Google Maps, Airbnb, dan Tripadvisor, untuk mendapatkan gambaran nyata dari suatu tempat.
Studi tersebut juga mencatat adanya kekecewaan yang dialami oleh para pelancong. Sebanyak 39 persen responden mengaku pernah merasa tertipu karena kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan ekspektasi yang dibentuk oleh foto.
Akibatnya, 32 persen di antaranya mempertimbangkan untuk mempersingkat liburan, dan 10 persen benar-benar pulang lebih awal.
Generasi Z menjadi kelompok yang paling rentan, dengan 53 persen merasa disesatkan dan 18 persen memutuskan untuk meninggalkan destinasi.
Selain itu, kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) juga turut memperburuk ketidakpercayaan ini. Sebanyak 83 persen responden mengungkapkan kekhawatiran bahwa AI akan membuat foto perjalanan semakin tidak dapat diandalkan, dan hanya 6 persen yang yakin sebaliknya.
(wiw)