Kemenkes Klaim Kasus Cacingan Menurun, Ingatkan Infeksi Berulang

CNN Indonesia
Kamis, 21 Agu 2025 20:45 WIB
Tren kasus cacingan atau infeksi cacing di Indonesia diklaim mengalami penurunan.
Ilustrasi. Tren kasus cacingan atau infeksi cacing di Indonesia diklaim mengalami penurunan. (iStockphoto/Christoph Burgstedt)
Jakarta, CNN Indonesia --

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, Ina Agustina Isturini menyebut, tren kasus cacingan di Indonesia sebenarnya relatif mengalami penurunan. Hal ini seiring dengan program eliminasi kasus dan pemberian obat cacing massal dua kali setahun, khususnya di wilayah endemis.

Menurut dia, beberapa daerah memang relatif masih banyak kasus kecacingan yang dilaporkan, terutama di wilayah timur Indonesia. Namun, bukan berarti di Pulau Jawa sama sekali tak ada laporan kasus kecacingan. Ada, hanya saja kasusnya relatif rendah.

Meski begitu, Ina tak merinci berapa banyak angka kecacingan yang kini dilaporkan terjadi di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menekankan bahwa selain mengonsumsi obat cacing, perilaku hidup bersih juga harus selalu dijalankan, pasalnya obat cacing hanya berfungsi untuk mengobati, bukan membuat tubuh kebal.

"Perlu dicatat obat itu bukan seperti vaksin. Tidak membuat seseorang 'kebal' dari infeksi. Kalau perilaku hidup bersih dan sehatnya tidak diperbaiki, dia tentu bisa kena lagi meskipun sudah minum obat," kata Ina, mengutip detikhealth.

Bahaya cacingan bagi anak

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman menjelaskan bahwa kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di daerah tropis, termasuk Indonesia. Dia pun merinci, ada tiga jenis cacing yang paling sering menginfeksi anak-anak, di antaranya:

- cacing gelang (Ascaris lumbricoides)
- cacing cambuk (Trichuris trichiura)
- cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator americanus)

"Ketiganya ditularkan melalui tanah (soil transmitted helminths/STH), dan sangat erat kaitannya dengan kebiasaan buang air besar sembarangan, tidak mencuci tangan, hingga bermain tanah tanpa alas kaki," kata Aji saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (21/8).

Retro image of toddler child sitting in grass playing with mud having his hands and feet all dirty.Ilustrasi. Anak jadi kelompok paling rentan terinfeksi cacing. (iStockphoto/Gajus)

Infeksi cacing bisa mengganggu penyerapan gizi, menyebabkan anemia, kekurangan protein, hingga menurunkan kecerdasan dan daya tahan tubuh anak.

Dalam kasus Raya di Sukabumi, infeksi yang dideritanya berasal dari cacing gelang. Jenis ini berukuran besar, 10-35 cm, sehingga bisa terlihat dengan mata telanjang. Bila telur cacing tertelan, larvanya akan berkembang di usus, lalu menyebar ke pembuluh darah hingga ke paru-paru.

"Kondisi ini dapat menimbulkan pneumonia, gejalanya berupa batuk berkepanjangan, pilek yang tak kunjung sembuh, sesak napas, hingga cacing keluar dari hidung," kata dia.

Sayangnya, meski sudah mendapat obat cacing, Raya kembali terinfeksi. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa perbaikan perilaku hidup bersih, pengobatan tidak cukup menghentikan siklus infeksi. Dengan kata lain, infeksi bisa terjadi berulang.

Oleh karena itu, kata Aji, sangat penting menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti berikut:

- Membiasakan cuci tangan di 5 waktu penting: setelah BAB, setelah makan, sebelum menyentuh makanan, sebelum menyusui, setelah beraktivitas.
- Selalu BAB di tempat yang semestinya dan menggunakan jamban sehat.
- Memakai alas kaki saat bermain atau beraktivitas di tanah.
- Memotong kuku secara rutin.
- Mencuci buah dan sayur hingga bersih, serta memasak makanan dengan baik.
- Segera memeriksakan anak ke puskesmas jika ada gejala cacingan.

(tis/asr)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER