Jumlah Turis Turun, Tarif Hotel-Hotel di Thailand Didiskon

CNN Indonesia
Rabu, 03 Sep 2025 21:00 WIB
Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand pada hari Selasa (2/9) mengatakan, kedatangan turis asing selama delapan bulan pertama tahun ini turun 7,2%.
Turis menikmati suasana di Kota Bangkok, Thailand. (REUTERS/Athit Perawongmetha)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sektor hotel di Thailand mengalami tekanan harga tahun ini setelah empat tahun berturut-turut mengalami kenaikan tarif yang hampir menggandakan rata-rata harga kamar di negara itu sejak 2021.

Menurut laporan Tris Rating, hal ini terjadi karena jumlah turis dari China dan pasar utama Asia lainnya telah menurun secara signifikan.

Dalam laporan Industry Spotlight terbarunya, Tris memproyeksikan total kedatangan turis asing sebesar 33,1 juta tahun ini, turun 5,6% dari 35,5 juta pada 2024.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perkiraan ini mencerminkan perlambatan dari beberapa pasar Asia yang secara tradisional kuat, termasuk China, Malaysia, dan Korea Selatan, yang biasanya merupakan basis turis inti Thailand.

Kementerian Pariwisata dan Olahraga Thailand pada hari Selasa (2/9) mengatakan, kedatangan turis asing selama delapan bulan pertama tahun ini turun 7,2% dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 21,9 juta.

Penurunan tahun ini sebagian diimbangi oleh pertumbuhan yang signifikan dalam kedatangan turis India. Negeri Hindustan kini berada di antara lima pasar sumber teratas Thailand, didukung oleh konektivitas yang kuat dengan lebih dari 15 kota yang menawarkan penerbangan langsung ke Bangkok dan Phuket.

Pasar jarak jauh juga menunjukkan kinerja yang baik, dengan kedatangan turis Amerika Serikat (AS) yang naik 7,4% dari tahun ke tahun dan wisatawan Eropa melonjak 15,6% sejauh ini.

Angka tersebut mendukung posisi Thailand sebagai tujuan pencarian liburan musim panas teratas untuk pelancong Eropa di platform Agoda selama dua tahun berturut-turut.

"Kami melihat konflik perbatasan Thailand-Kamboja baru-baru ini sebagai faktor risiko potensial yang, jika meningkat secara signifikan dan berkepanjangan, dapat berdampak negatif pada pariwisata domestik maupun internasional sampai batas tertentu," bunyi pernyataan Tris, seperti dilansir Bangkok Post.

Untuk hotel, tingkat hunian mencapai puncaknya pasca-pandemi pada 2024, melebihi level pra-pandemi. Namun, momentum ini tidak diharapkan berlanjut pada 2025 karena menurunnya kedatangan turis dan sentimen konsumen yang hati-hati mengimbangi pertumbuhan perjalanan domestik.

Untuk mempertahankan pangsa pasar dan tingkat hunian di tengah tantangan, para operator memilih untuk menurunkan harga kamar. Akibatnya, Tris memperkirakan tingkat hunian keseluruhan akan tetap datar atau sedikit menurun tahun ini.

"Ledakan pasca-pandemi, yang didorong oleh permintaan yang tertahan dan pariwisata domestik yang kuat, telah berbalik arah karena kedatangan internasional yang menurun, terutama dari China, sementara pasokan hotel terus meningkat," kata laporan itu.

"Meskipun wilayah tengah dan selatan terus mendominasi dalam hal kontribusi harga kamar, diskon kompetitif telah menyebabkan penurunan rata-rata tarif. Ini terutama berlaku untuk properti kelas atas di Bangkok yang semakin mengandalkan promosi yang tidak dipublikasikan dan pemotongan tarif selektif untuk mempertahankan hunian selama musim sepi."

Turis China Beralih ke Destinasi Lain

Tris Rating sekarang memperkirakan jumlah turis China akan turun menjadi 4,6 juta tahun ini, dari 6,7 juta pada 2024, setelah penurunan 35% terlihat dalam tujuh bulan pertama.

"Wisatawan China beralih ke destinasi alternatif. Jepang, misalnya, adalah salah satu dari tiga tempat teratas dengan pertumbuhan hampir 70% dari tahun ke tahun, diuntungkan dari depresiasi yen dan tren perjalanan jarak pendek," kata laporan itu. Vietnam juga semakin populer dengan pertumbuhan 78% dari tahun ke tahun dalam jumlah turis China.

"Kami yakin bahwa jika kedatangan turis China ke Thailand tidak pulih ke tingkat yang diantisipasi setelah Hari Buruh Nasional China pada bulan Oktober, ini mungkin menandakan pergeseran permanen dalam preferensi perjalanan China," tambah laporan itu.

Maybank Securities (Thailand) memiliki pandangan serupa, dengan mengatakan bahwa pendapatan per kamar yang tersedia (RevPAR) di tujuh operator hotel yang terdaftar diperkirakan akan berkontraksi 3% dari tahun ke tahun di kuartal ketiga, sedikit membaik dari penurunan 5% dari tahun ke tahun dalam tiga bulan hingga Juni.

"Kami memperkirakan RevPAR akan tetap berada di wilayah negatif di kuartal keempat, tertekan oleh permintaan pasar jarak pendek yang lemah, meningkatnya pasokan kamar hotel di Bangkok yang tumbuh 7% dari tahun ke tahun dan 3% year to date, serta dampak renovasi hotel," kata analis Boonyakorn Amornsank.

(wiw)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER