Nyeri Punggung Meningkat Pascapandemi, Gaya Hidup Jadi Biang Kerok

CNN Indonesia
Selasa, 23 Sep 2025 12:15 WIB
Kasus nyeri punggung meningkat pascapandemi akibat gaya hidup statis dan screen time berlebihan.
Ilustrasi. Nyeri punggung meningkat pasca pandemin (Istockphoto/Filip_Krstic)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal dalam hidup kita. Mulai dari pola kerja, cara bersosialisasi, hingga aktivitas harian yang lebih banyak dilakukan di depan layar.

Namun, tanpa disadari, perubahan ini turut membawa dampak lain yang kini kian terasa, yakni meningkatnya kasus nyeri punggung.

Dokter spesialis ortopedi konsultan tulang belakang di RS Pondok Indah, Andra Hendriarto, mengungkapkan bahwa sejak pandemi berakhir, pasien dengan keluhan nyeri punggung semakin banyak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, penyebab utama bukan lagi cedera, melainkan gaya hidup statis yang didominasi duduk terlalu lama dan menatap layar.

"Mayoritas masalah tulang belakang sekarang bukan karena penyakit serius, tapi akibat gaya hidup kita sendiri," ujar Andra saat kegiatan temu media di Jakarta, Rabu (17/9).

Dia menambahkan, screen time yang meningkat drastis juga membuat kasus sakit leher ikut melonjak.

"Pasien sakit leher sekarang lebih banyak dibanding sebelumnya," imbuhnya. Meski demikian, dia tak merinci berapa jumlah pasti peningkatan kasus sakit pinggang dan sakit leher.

Lebih lanjut, dia menyebut rata-rata manusia kini menghabiskan waktu hingga 16 jam per hari untuk beraktivitas. Sayangnya, banyak yang tidak memperhatikan posisi duduk maupun tidur. Padahal, dua dari tiga masalah tulang belakang sebenarnya bisa dicegah jika postur tubuh dijaga dengan benar.

Nyeri punggung sendiri terbagi dalam dua kategori, yakni mekanikal dan non-mekanikal. Nyeri mekanikal mencakup sekitar 80 persen kasus, biasanya terjadi karena tulang, sendi, otot, atau bantalan tulang belakang tidak mampu menahan posisi tertentu, misalnya duduk terlalu lama.

Sedangkan nyeri non-mekanikal lebih jarang, tetapi berbahaya. Jenis nyeri ini muncul bukan karena aktivitas, melainkan karena kondisi serius seperti infeksi atau tumor.

"Nyeri pinggang non-mekanikal biasanya disertai kelemahan atau kelumpuhan. Itu perlu diwaspadai," jelasnya.

Gejala yang tak boleh diabaikan

Ada beberapa tanda nyeri punggung yang sebaiknya segera diperiksakan ke dokter. Antara lain:

• Penurunan berat badan tanpa sebab jelas.

• Kelemahan otot pada lengan atau kaki.

• Rasa kebas atau kesemutan pada anggota tubuh.
Gejala ini bisa menjadi sinyal adanya gangguan tulang belakang yang lebih serius dan tidak boleh disepelekan.

"Yang sulit bukan pengobatannya, tapi memulai gaya hidup sehat. Kalau itu bisa dilakukan sejak dini, banyak masalah tulang belakang bisa dicegah," pungkasnya.

(tis/tis)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER