Anak Lebih Rentan Alami Kondisi Parah Saat Terkena Dengue
Kasus demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi perhatian besar di Indonesia. Meski bisa menyerang siapa saja, anak-anak disebut jauh lebih rentan mengalami kondisi yang parah ketika terkena penyakit ini.
Ketua Program Vaksinasi Nasional Sri Rezeki Hadinegoro, menjelaskan, salah satu penyebabnya adalah perbedaan komposisi cairan tubuh antara anak dan orang dewasa.
"Kalau kita kehilangan cairan lebih dari 10 persen, orang dewasa masih bisa bertahan. Tapi untuk anak-anak, itu sudah masuk dehidrasi berat," ujar Sri dalam acara peresmian Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di Jakarta yang digelar Kementerian Kesehatan, Senin (29/9).
Lihat Juga : |
Sri menekankan bahwa kehilangan cairan pada anak bisa membuat darah menjadi lebih kental. Kondisi itu menghambat aliran darah dan mengurangi pasokan oksigen ke seluruh tubuh.
"Oksigen adalah salah satu kehidupan kita. Kalau berkurang, anak bisa kolaps, tidak sadar, bahkan kejang," jelasnya.
Selain faktor fisiologis, anak-anak juga kerap kesulitan mengungkapkan gejala yang mereka rasakan. Menurut Sri, anak usia lima tahun ke atas mungkin sudah bisa diajak berdiskusi, tetapi sering kali mereka masih menyembunyikan atau menyangkal keluhan. Hal ini membuat deteksi dini semakin menantang.
Sebagai upaya pencegahan, pemerintah bersama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mulai menggulirkan vaksinasi dengue pada anak sekolah dasar (SD). Vaksin merek Qdenga akan diberikan pada anak kelas 3 dan 4 SD dengan dua dosis, berjarak tiga bulan.
Program ini melibatkan sembilan puskesmas dan 106 sekolah dengan target 15 ribu anak. Pemantauan kesehatan juga dilakukan di 10 rumah sakit, termasuk RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RSUD Tebet, hingga RSUD Pasar Minggu. Pemantauan akan berlangsung selama tiga tahun untuk menilai efektivitas vaksin terhadap penurunan angka rawat inap akibat dengue.
Tak hanya di Jakarta Selatan, program serupa juga dijalankan di Palembang dan Banjarmasin dengan target masing-masing 7.500 anak. Vaksin yang digunakan merupakan hibah dari PT Takeda Innovative Medicine melalui kerja sama FKUI, Dinas Kesehatan, akademisi, serta pemerintah daerah.
(tis/tis)