Siap-siap, Pelancong Bakal Butuh Bujet Lebih buat Liburan ke Jepang
Sebentar lagi, pelancong perlu mempersiapkan biaya lebih jika ingin berkunjung ke Kyoto, Jepang. Pemerintah setempat menaikkan pajak akomodasi hotel untuk pelancong yang datang menginap.
Melansir Travel and Leisure, aturan ini akan mulai diberlakukan pada Maret 2026 mendatang.
"Pajak akomodasi digunakan untuk menutupi biaya yang dikeluarkan demi meningkatkan daya tarik Kyoto sebagai Kota Budaya dan Pariwisata Internasional, serta untuk mempromosikan pariwisata," tulis Pemerintah Kyoto dalam situs web resminya.
Biaya pajak akan disesuaikan secara proporsional dengan tarif kamar. Angkanya berkisar dari US$1,31 (sekitar Rp22 ribu) hingga US$65,33 (sekitar Rp1,1 juta) per malam per kamar.
Kamar dengan tarif di bawah US$130,66 (sekitar Rp2,2 juta) bakal diminta untuk membayar sekitar US$2,61 atau sekitar Rp43 ribu.
Sementara itu, untuk kamar yang lebih mewah dengan harga di atas US$653,32 (sekitar Rp11 juta), pajak maksimum yang dikenakan sebesar US$65,33.
Penyesuaian yang sama juga berlaku dengan penginapan murah meriah di bawah harga US$39,19 (sekitar Rp651 ribu). Pelancong akan dikenakan biaya pajak sebesar US$1,31 atau sekitar Rp22 ribu.
Disebutkan bahwa pajak ini juga membantu melestarikan sejarah Kyoto dan mengurangi kemacetan di jalanan. Selama bertahun-tahun, banyak pelancong mengeluhkan Kyoto yang terlalu padat.
"Dari semua tempat di Jepang, Kyoto memiliki masalah overtourism yang parah," ujar salah seorang pelancong dalam unggahan di Reddit. Menurutnya, kenaikan pajak yang diterapkan tidak terlalu besar.
Pajak ini juga telah mencakup keringanan dan pengurangan biaya jika terjadi bencana alam atau keadaan darurat untuk membantu pelancong saat dibutuhkan.
Pajak tersebut juga tidak akan berlaku untuk wisatawan rombongan sekolah.
Kyoto telah lama menjadi destinasi wisata populer di Jepang. Dikenal dengan bunga sakura dan kuil-kuilnya, kota ini dinobatkan sebagai kota paling 'mindfulness' d seluruh Asia.
Banyak pelancong berkunjung ke Kyoto untuk menjelajahi Pasar Nishiki, mengunjungi Kuil Sanjusangendo, dan mempelajari budaya pembuatan sake di kota tersebut.
Tingkat kunjungan wisatawan ke Jepang juga terus meningkat sejak pandemi Covid-19 usai. Pada Juli lalu saja, tercatat sekitar 3,4 juta orang berkunjung ke Jepang. Angka ini meningkat dari periode yang sama pada 2024 sebanyak 3,3 juta orang dan 2,3 juta pada 2023.
(asr/asr)