Studi: Covid-19 Ubah Sperma, Picu Kecemasan pada Anak yang Dilahirkan

CNN Indonesia
Sabtu, 11 Okt 2025 20:10 WIB
Sebuah studi menunjukkan perubahan pada spema tikus yang berdampak peningkatan kecemasan pada keturunan. (iStock/Rapeepat Pornsipak).
Jakarta, CNN Indonesia --

Infeksi Covid-19 terbukti menimbulkan perubahan pada spema tikus yang berdampak gangguan kesehatan mental berupa peningkatan kecemasan pada anak yang dilahirkan dari yang pernah terinfeksi.

Hal itu dinyatakan dalam studi Institut Neurosains dan Kesehatan Mental Florey di Melbourne, Australia. Studi itu diterbitkan di jurnal peer-review Nature Communications.

Para ilmuwan menyuntik Covid-19 ke tikus-tikus jantan. Lalu, tikus-tikus itu dikawinkan dengan tikus betina.

"Kami menemukan keturunan [anak tikus] yang dihasilkan [dari tikus jantan yang disuntuk virus Covid-19] menunjukkan perilaku yang lebih cemas dibandingkan dengan keturunan [anak tikus] dari ayah yang tidak terinfeksi," kata penulis utama studi tersebut, Elizabeth Kleeman, dilansir AFP, Sabtu (11/10).

Semua keturunan atau anak yang dilahirkan dari tikus yang terinfeksi Covid-19 menunjukkan kecemasan berlebih.

Perubahan signifikan pun tampak dari anak-anak tikus betina. Aktivitas sejumlah gen di hippocampus, bagian otak yang mengatur emosi, menunjukkan perubahan signifikan.

Para peneliti mengatakan penelitian mereka menjadi yang pertama menunjukkan dampak infeksi Covid-19 terhadap perkembangan perilaku dan otak generasi berikutnya.

Virus itu ditemukan mengubah molekul RNA dalam sperma tikus jantan.

"Temuan ini menunjukkan pandemi Covid-19 dapat memiliki efek jangka panjang pada generasi mendatang,"ucap Anthony Hannan, peneliti utama studi itu.

Meski demikian, dampak serupa pada manusia belum bisa dipastikan. Perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan dugaan tersebut.

"Jika temuan kami diterapkan pada manusia, hal ini dapat berdampak pada jutaan anak di seluruh dunia, dan keluarga mereka, dengan implikasi besar bagi kesehatan masyarakat," kata Hannan.

Pandemi Covid-19 bermula pada 2020. Sekitar 7 juta orang meninggal dunia dalam kejadian itu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut korban jiwa kemungkinan lebih banyak dari catatan itu.

Beberapa penelitian telah menunjukkan dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental. Misalnya, temuan anak-anak masih belum mengatasi kesenjangan pembelajaran yang disebabkan oleh gangguan pendidikan mereka di era pandemi.

Teman itu berasal dari tinjauan terhadap sekitar 40 studi di 15 negara, yang diterbitkan dalam jurnal peer-review Nature Human Behaviour pada tahun 2023.

(dhf/asr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK