Baru-baru ini, dua orang turis China mengaku diusir dari sebuah restoran di Jepang yang terkenal, karena pakaian mereka dianggap terlalu terbuka oleh pihak pengelola restoran.
Dua turis ini mengenakan rompi olahraga dan celana panjang longgar saat hendak makan malam di sebuah restoran Thailand bernama Baan Thai Market di Kobe, Jepang.
Setelah insiden tersebut, salah satu turis langsung menuangkan ceritanya di postingan media sosial China dan kabar ini langsung menyebar dengan cepat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dikutip South China Morning Post, postingan tersebut menjangkau 2.100 likes hingga 28 Oktober 2025.
Berdasarkan cerita itu, kedua turis saat memasuki restoran itu langsung disambut dengan komentar pedas dari pemilik restoran yang mengatakan, "Musim panas telah berakhir. Kamu tidak perlu keluar tanpa busana lagi."
Tak terima, kedua turis ini langsung membela diri dan menekankan bahwa mereka mengenakan pakaian kasual, dan adalah normal keluar mengenakan rompi olahraga dan celana panjang yang menurutnya longgar.
Meski begitu, kedua turis itu tak ingin berdebat lama, dan tetap makan di restoran tersebut. Namun, kejadian tidak menyenangkan lagi-lagi mereka alami.
Saat tengah menyantap makan malam, tiba-tiba seorang staf mendekat dan mendadak mengambil sumpit mereka. Tak berhenti sampai di situ, makanan mereka langsung dibersihkan tanpa ada pertanyaan apakah mereka sudah selesai makan.
Setelah mencurahkan isi hatinya dengan mengunggah ke media sosial, dua turis ini mendapati keluhan serupa di ulasan Google, beberapa orang juga bermasalah dengan manajer yang sama.
Keluhan terbanyak adalah karena yang dilakukan manajer itu dinilai terlalu kasar dan berujung diskriminatif, beberapa diantaranya juga menuduh si pemilik restoran melakukan perilaku rasis.
Netizen China pun langsung menyerbu di kolom komentar untuk mengkritik restoran tersebut. Tak jarang dukungan diberikan untuk kedua turis Tiongkok yang bersangkutan.
"Manajer itu benar-benar kasar. Reputasinya sudah buruk untuk waktu yang lama," tulis seorang netizen.
"Diskriminasi hanya merusak citra negara. Pemiliknya tidak mengerti bahwa bisnisnya bergantung pada turis," menyusul komentar yang lain.
Namun, akan selalu ada banyak perspektif di media sosial. Beberapa netizen mengingatkan bahwa Jepang memiliki aturan tidak tertulis yang perlu disadari dan dipatuhi oleh pelancong.
"Apa pun yang menunjukkan bahu dianggap terbuka di Jepang, jarang gadis Jepang mengenakan atasan tanpa lengan," seorang netizen menjelaskan.
"Bagus, mereka harus memakai Kimono. Dengan begitu Anda dapat menghormati budayanya," tulis yang lain.
Terlepas dari insiden ini, Jepang diklaim sebagai destinasi luar negeri teratas bagi pelancong China tahun ini. Hal ini juga didasari karena kebijakan visa ke sana dianggap lebih mudah, nilai mata uang yen yang melemah, dan semakin bertambahnya peminat wisata kuliner di Jepang.
Menurut Kyodo News, antara Januari dan September 2025, Jepang menyambut 31,65 juta pengunjung asing. Angka ini naik 17,7 persen dari tahun ke tahun.
(ana/wiw)