Sebuah power bank meledak di saku penumpang kelas bisnis Qantas. Insiden terjadi saat korban sedang menunggu penerbangan di Bandara Melbourne, Australia, Kamis (6/11) waktu setempat.
Sekitar 150 orang dievakuasi dari ruang tunggu bisnis Qantas di Bandara Melbourne. Korban yang mengalami sejumlah luka bakar langsung dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, Qantas telah kembali membuka business lounge-nya di Bandara Melbourne.
"Kami bekerja sama dengan bandara Melbourne untuk membersihkan lounge tersebut dan kini telah dibuka kembali," ujar juru bicara Qantas Airlines pada Jumat (7/11), mengutip The Guardian.
Power bank memang menjadi salah satu kebutuhan di zaman kiwari. Power bank membantu gawai bisa tetap digunakan dalam kondisi darurat.
Hanya saja, banyak maskapai penerbangan, termasuk Qantas, telah memperketat larangan terbang dengan baterai lithium-ion. Jenis baterai ini sering ditemukan dalam power bank.
Larangan tersebut diterapkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kebakaran di dalam pesawat.
Pada Juli lalu, Virgin Australia mengaku tengah mempertimbangkan kebijakan terkait barang baterai bawaan penumpang usai kebakaran terjadi di dalam penerbangan dari Sydney ke Hobart. Kebakaran juga diyakini dipicu oleh power bank yang berada di dalam tas jinjing salah satu penumpang.
Mengutip Wired, umumnya ada dua aturan utama tentang membawa power bank ke dalam penerbangan. Pertama, power bank boleh dibawa asal ditaruh di tas jinjing.
Kedua, power bank tidak boleh melebihi 100 Wh. Angka ini setara dengan 27 ribu mAh.
Beberapa maskapai mungkin mengizinkan penumpang membawa power bank hingga 160 Wh, tapi umumnya dengan persetujuan terlebih dahulu. Umumnya, penumpang tidak diperbolehkan terbang dengan power bank melebihi 160 Wh.
(asr)