Efek Samping Air Rebusan Cacing Tanah, Bagus atau Justru Berbahaya?
Tingginya kasus demam tifoid di berbagai daerah, membuat sebagian masyarakat masih mengandalkan pengobatan tradisional. Di beberapa daerah, pemberian air rebusan cacing tanah jadi salah satu pengobatan yang diwariskan turun-temurun.
Meski dianggap manjur oleh sebagian keluarga, kebiasaan ini ternyata tak lepas dari risiko kesehatan yang perlu diwaspadai.
Demam tifoid sendiri merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. WHO mencatat sekitar 17 juta kasus terjadi setiap tahun di seluruh dunia, dengan angka kematian mencapai 600.000 kasus.
Melansir Website Resmi Universitas Airlangga, air rebusan cacing tanah dianggap sebagai 'penolong kedua' setelah pengobatan medis. Beberapa orang tua bahkan memberikan rebusan cacing begitu anak mulai demam, sebagian lain menggabungkannya dengan obat dari dokter.
Praktik ini dilandasi berbagai alasan, merasa lebih nyaman dengan obat tradisional, faktor budaya, keyakinan bahwa penyembuhan lebih cepat, hingga anggapan bahwa bahan alami pasti aman.
Namun, anggapan 'alami berarti tanpa efek samping' tidak selalu benar. Penggunaan air rebusan cacing tanah justru bisa membawa sejumlah risiko kesehatan, terutama bagi anak dengan sistem imun yang masih berkembang.
Berikut beberapa efek konsumsi air rebusan cacing bagi kesehatan, melansir berbagai sumber:
1. Kontaminasi bakteri, parasit, atau logam berat
Cacing tanah hidup di lingkungan lembap dan kaya bahan organik seperti tanah, lumpur, atau kompos. Kondisi tersebut membuatnya rentan terpapar bakteri, parasit, hingga logam berat.
Jika cacing tidak dibersihkan dan diolah dengan higienis, air rebusannya berpotensi membawa mikroorganisme berbahaya. Cacing yang berasal dari tanah tercemar juga bisa mengandung logam berat seperti timbal dan merkuri, yang berbahaya bila masuk ke dalam tubuh anak.
Kontaminasi ini dapat memicu infeksi pencernaan maupun keracunan, terutama jika proses perebusan tidak benar-benar membunuh kuman.
2. Reaksi alergi
Tidak adanya standar dosis dalam penggunaan air rebusan cacing tanah membuat risikonya semakin besar. Setiap anak memiliki sensitivitas imun yang berbeda, sehingga reaksi alergi bisa muncul kapan saja.
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi mulai dari mual, muntah, diare, gatal atau ruam pada kulit. Karena tidak ada uji klinis yang memastikan keamanan maupun manfaatnya, efek jangka panjangnya pun tidak diketahui.
3. Dosis tidak terukur dan bisa membahayakan
Tidak ada pedoman baku mengenai jumlah cacing, lama perebusan, ataupun takaran yang harus diberikan pada anak. Hal ini membuka kemungkinan overdosis maupun underdosis.
Pada beberapa kasus, penggunaan obat tradisional tanpa pengawasan medis justru membuat orang tua menunda pengobatan yang terbukti lebih aman dan efektif. Kondisi ini berisiko memperparah infeksi tifoid yang seharusnya ditangani dengan tepat menggunakan antibiotik sesuai resep dokter.
Jika anak menunjukkan gejala demam tinggi, lemas, mual, atau gangguan pencernaan, segera bawa ke fasilitas kesehatan. Pengobatan tifoid membutuhkan pemeriksaan dan penanganan medis yang tepat. Obat tradisional tidak seharusnya menjadi pengganti terapi utama.
(tis/tis)