Thailand mungkin dikenal sebagai destinasi liburan yang santai, penuh pesta pantai, kuliner malam, dan budaya ramah wisatawan. Namun, di balik citra carefree itu, Negeri Gajah Putih punya aturan alkohol yang cukup ketat, termasuk larangan penjualan minuman beralkohol pada pukul 14.00 hingga 17.00.
Aturan yang sudah berlaku sejak 1972 itu kini sedang dibahas untuk dihapus sepenuhnya. Jika disetujui, larangan yang kerap membingungkan wisatawan ini bisa hilang secepat awal Desember.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Larangan jual alkohol sore hari awalnya diterapkan untuk mencegah pegawai negeri minum saat jam kerja. Namun, menurut pemerintah Thailand, alasan tersebut tak lagi relevan.
Deputi Perdana Menteri Sophon Saram menjelaskan kebijakan era 70-an itu sudah tak sesuai dengan kondisi saat ini.
"Masa itu sudah lewat, jadi larangan ini sebaiknya dicabut," kata dia, mengutip EuroNews.
Komite Kebijakan Alkohol Nasional dan Komite Pengendalian Minuman Beralkohol Thailand telah mengusulkan pencabutan larangan tersebut dan membuka konsultasi publik selama 15 hari. Jika proses ini berjalan mulus, kantor Perdana Menteri akan mengumumkan keputusan resminya dalam waktu dekat.
Di balik rencana reformasi aturan alkohol ini, ada kekhawatiran pemerintah terhadap menurunnya kinerja pariwisata.
Tourism Authority of Thailand memperkirakan negara itu hanya akan kedatangan 33,4 juta wisatawan pada 2025, turun sekitar 6 persen dari tahun sebelumnya. Ini menjadi penurunan tahunan pertama dalam satu dekade, di luar masa pandemi.
Proyeksi 2026 juga belum sepenuhnya menggembirakan. Meski kunjungan diprediksi naik tipis menjadi 34 juta, pengeluaran wisatawan per perjalanan diperkirakan tetap rendah.
Pemerintah pun mencari cara agar Thailand lebih ramah pengunjung. Menurut Sophon, pencabutan larangan ini dapat mendorong ekonomi dan pariwisata, terutama pada momen-momen puncak seperti Tahun Baru dan festival Songkran.
Thailand memang memiliki rekam jejak unik soal regulasi alkohol, sering berubah dan kadang kembali ke pola lama.
Larangan jam 14.00-17.00 yang sudah berusia lebih dari 50 tahun itu kerap diperketat atau dilonggarkan oleh pemerintahan yang berbeda.
Bulan ini saja, otoritas sempat mengaktifkan kembali aturan denda THB 10.000 bagi siapa pun yang kedapatan minum di bar atau restoran di luar jam yang diizinkan, termasuk turis yang tak tahu aturan.
Saat ini, alkohol boleh dijual pada pukul 11.00-14.00 dan 17.00-24.00. Sementara kawasan hiburan tertentu di destinasi wisata besar bisa melayani tamu hingga pukul 04.00.
Rencana penghapusan larangan sore hari juga masuk dalam pembahasan soal kemungkinan memperpanjang jam penjualan secara keseluruhan, meski pemerintah belum mencapai kesepakatan final.
Jika pencabutan larangan disetujui, wisatawan tak lagi mengalami momen janggal saat ingin membeli bir di siang hari tetapi ditolak penjaga minimarket.
Perubahan ini juga akan menyelaraskan aturan dengan realitas di lapangan, terutama di kota besar seperti Bangkok atau destinasi pantai yang hidup hingga larut malam.
Bagi negara yang diidolakan karena spontanitas dan kebebasan menikmati liburan, aturan yang lebih longgar dipandang bisa membantu Thailand mempertahankan posisinya sebagai salah satu destinasi favorit dunia.
Dengan pariwisata yang tengah stagnan, Thailand tampaknya siap membuat kebijakan lebih bersahabat demi menarik wisatawan kembali memenuhi pantainya.
(tis/tis)