8 Destinasi Dunia yang Sebaiknya Dihindari untuk Traveling Tahun Depan
Menjelang akhir tahun, banyak orang merencanakan liburan. Pastikan kamu mengetahui bahwa beberapa destinasi wisata dunia yang sebaiknya dihindari untuk sementara waktu.
Situs panduan perjalanan internasional Fodor's Travel, merilis daftar No List 2026, yang memuat delapan destinasi global yang tidak disarankan untuk dikunjungi tahun 2026.
Daftar ini merupakan ajakan bagi wisatawan memberi jeda untuk tidak mengunjungi beberapa tempat agar dapat pulih dari tekanan overtourism.
Tujuannya adalah untuk menjaga lingkungan dan juga kenyamanan masyarakat setempat. Pasalnya, ledakan kunjungan wisatawan yang tak terkendali dapat merusak ekosistem, kenyamanan masyarakat setempat, dan keindahan pariwisata.
Lantas apa saja destinasi wisata yang sebaiknya dihindari dahulu di tahun mendatang? Berikut daftarnya.
1. Antartika
Destinasi wisata pertama yang tidak disarankan dikunjungi pada 2026 adalah Antartika. Dilansir Euronews, kurang dari 8.000 orang berkunjung setiap tahunnya pada 1990-an.
Menurut Asosiasi Internasional Operator Tur Antartika (IAATO), badan yang mengawasi pariwisata ke benua tersebut, selama tahun 2023-2024, jumlahnya mencapai lebih dari 124.000.
IAATO berupaya mengatur pariwisata secara sukarela, tetapi belum memiliki kewenangan untuk membatasi jumlah pengunjung.
Selain itu, kapal yang bukan anggota organisasi ini semakin banyak, menambah tekanan terhadap ekosistem yang sudah terancam. Kondisi ini menyebabkan Antartika menjadi destinasi yang sebaiknya dibatasi untuk menjaga kelestariannya.
2. Kepulauan Canary
Kepulauan Canary adalah kepulauan di Spanyol yang terletak di Samudra Atlantik. Lonjakan pariwisata yang pesat di kepulauan ini menyebabkan kemacetan lalu lintas, kenaikan harga hunian, dan kerusakan lingkungan yang signifikan.
Dampak negatif pariwisata massal mengancam kelestarian alam, ketersediaan sumber daya air, termasuk sekitar 100 juta liter limbah yang tidak diolah setiap hari mencemari pantai.
Regulasi yang ada masih belum mampu mengendalikan overtourism. Hal itu membuat masyarakat kehilangan budaya dan identitas mereka di tengah dominasi kepentingan ekonomi dari kalangan investor besar.
3. Isola Sacra (Italia)
Proyek pelabuhan besar Isola Sacra di Italia menghadirkan risiko serius terhadap ekosistem rentan di wilayah pesisir, termasuk erosi pantai, pencemaran, dan kerusakan kawasan lindung.
Infrastruktur wilayah yang tidak memadai memperparah potensi kemacetan dan polusi akibat lonjakan kapal pesiar dan aktivitas pelabuhan.
4. Meksiko
Meksiko saat ini tengah menghadapi krisis sosial dan budaya akibat gentrifikasi dan ledakan penyewaan jangka pendek yang didorong oleh platform sewa properti.
Lonjakan wisatawan dan pekerja jarak jauh asing menyebabkan penggusuran penduduk lokal, kenaikan harga sewa, dan hilangnya identitas komunitas.
Perubahan budaya lokal dan ketidakadilan ekonomi meningkatkan ketegangan sosial, menjadikan kota ini kurang ramah dan mulai dihindari oleh sebagian pihak.
5. Mombasa
Kota pesisir Mombasa di Kenya, menghadapi krisis overtourism dengan dampak lingkungan yang serius seperti pencemaran pantai dan laut akibat pengelolaan limbah buruk, serta kepadatan dan kemacetan yang mengganggu kenyamanan wisatawan dan penduduk.
Kejahatan yang menimpa wisatawan dan kurangnya data daya tampung pariwisata menambah risiko penurunan popularitas destinasi ini. Maka, sebaiknya destinasi yang satu ini dihindari dahulu di tahun mendatang.
6. Montmartre
Montmartre di Paris, Prancis menghadapi masalah pariwisata berlebihan dengan lonjakan pengunjung yang menyebabkan kemacetan, kenaikan harga properti, dan kerusakan budaya lokal.
Penduduk setempat merasa lingkungan semakin tidak layak dihuni akibat keramaian dan kebijakan kota yang lebih mendukung bisnis pariwisata. Risiko kehilangan keaslian dan identitas membuat Montmartre berpotensi mulai dihindari sebagian wisatawan.
7. Taman Nasional Glacier
Taman Nasional Glacier di Montana, Amerika Serikat, menghadapi ancaman besar akibat perubahan iklim yang mempercepat pencairan gletser serta kerusakan ekosistem.
Lonjakan kunjungan wisatawan dalam upaya "last chance tourism" memperparah kemacetan, polusi, dan gangguan habitat satwa.
Upaya pengelolaan dan regulasi belum cukup mengatasi dampak pariwisata massal yang diperburuk oleh perubahan iklim. Ketidaksiapan infrastruktur dan ancaman lingkungan membuat taman ini menjadi destinasi yang mulai dihindari untuk menjaga kelestariannya.
8. Wilayah Jungfrau
Wilayah Jungfrau di Swiss yang merupakan bagian dari Alpen menghadapi tekanan berat dari pariwisata massal yang mengakibatkan kemacetan, kerusakan lingkungan, dan ketegangan sosial dengan penduduk lokal.
Perubahan iklim juga mengancam keberadaan gletser ikonik di wilayah ini. Masalah ketersediaan perumahan terjadi karena banyak pemilik properti yang lebih memilih menyewakan melalui platform sewa properti daripada kepada penduduk tetap, sehingga memperparah kelangkaan tempat tinggal bagi warga lokal.
Fodor's berharap daftar ini membuat wisatawan memilih destinasi alternatif yang lebih siap menerima kunjungan. Langkah ini juga mendukung upaya lokal dalam menjaga keberlanjutan.
(juh/juh/wiw)