Kementerian Kesehatan RI melaporkan 2.264 kasus baru HIV pada ibu hamil dalam periode Januari hingga September 2025. Temuan ini diperoleh dari pemeriksaan terhadap 2.482.837 ibu hamil, dengan tingkat kasus positif sekitar 0,09 persen.
Meski ribuan ibu hamil teridentifikasi positif, Kemenkes menyebut baru 68 persen yang memulai terapi antiretroviral (ARV), langkah penting untuk menekan risiko penularan ke bayi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penularan ibu ke anak masih terjadi
Dalam tiga tahun terakhir, angka penularan HIV dari ibu ke anak memang menurun, tetapi belum signifikan. Berikut datanya:
• 2023: 137 anak tertular
• 2024: 132 anak
• 2025: 88 anak
"Peningkatan signifikan cakupan profilaksis bayi membuat gap antara jumlah ibu hamil HIV positif dan bayi yang mendapat profilaksis semakin kecil. Sejak 2023 positivity rate pada bayi lahir dari ibu ODHIV menurun," ujar Ketua Tim Kerja HIV-AIDS Kemenkes, Tiersa Vera Junita M dikutip dari Detikhealth.
Kemenkes juga mencatat bahwa anak ODHIV masih termasuk dalam tiga kelompok penyumbang kasus HIV tertinggi, dengan positivity rate mencapai 17 persen.
Berikut tiga kelompok dengan angka kasus tertinggi:
1. Pasangan ODHIV, termasuk ibu rumah tangga yang tertular dari suami: 3.339 kasus dari 9.709 tes (positivity rate 34 persen).
2. Pelanggan pekerja seks: 4.471 kasus dari 22.454 tes (positivity rate 20 persen).
3. Anak ODHIV: 728 kasus dari 4.254 tes (positivity rate 17 persen).
Kemenkes menekankan pentingnya deteksi dini, profilaksis bayi, serta perluasan akses terapi ARV untuk menekan rantai penularan, terutama pada kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak.
(nga/tis)