Pandemi Covid-19 meninggalkan banyak dampak jangka panjang yang masih terus diteliti. Tak hanya menyerang paru-paru, infeksi virus ini juga disebut dapat memengaruhi kesehatan reproduksi pria.
Salah satu risiko yang kini menjadi perhatian adalah azoospermia, kondisi ketika air mani tidak mengandung sperma sama sekali yang berujung pada kemandulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dokter Spesialis Andrologi di Eka Hospital Grand Family PIK, Christian Christoper Sunnu, menjelaskan bahwa Covid-19 memiliki kemiripan dengan gondongan atau dikenal juga dengan nama mumps, dalam hal dampaknya pada organ reproduksi pria.
"Gondongan itu infeksi pada kelenjar ludah, tapi virusnya bisa sampai menyebar ke testis. Efeknya terjadi peradangan pada buah zakar, biasanya pasien mengeluh nyeri, panas, dan sakit di satu sisi. Kalau dibiarkan, testis bisa mengecil dan produksi sperma terganggu," kata Christian dalam temu media bersama Eka Hospital di Jakarta, Selasa (16/12).
Menurut dia, Covid-19 juga menunjukkan pola yang sama. Sejumlah penelitian menemukan bahwa virus SARS-CoV-2 dapat menyebar hingga ke testis, baik pada pasien bergejala maupun tanpa gejala.
Padahal, lanjut Christian, pintu masuk virus memang melalui saluran pernapasan. Namun dampaknya bisa menjalar ke berbagai organ, termasuk buah zakar.
"Bahkan ada penelitian terbaru tahun 2024, pasien yang sudah sembuh dari Covid-19 tetap mengalami penurunan jumlah sperma. Pada kasus long Covid, efeknya bisa lebih berat, mulai dari penurunan hormon, gangguan ereksi, sampai kualitas sperma yang menurun," ujarnya.
Selain infeksi, pola makan juga berperan besar terhadap kesehatan sperma. Konsumsi makanan manis dan gula berlebihan disebut dapat memperburuk kondisi reproduksi pria, terutama bila berujung pada diabetes.
"Gula sebenarnya dibutuhkan tubuh. Tapi masalahnya ketika jumlahnya berlebihan dan tidak tersimpan di otot. Gula akan beredar di pembuluh darah dan bersifat sebagai radikal bebas," jelas Christian.
Radikal bebas ini dapat merusak pembuluh darah kecil. Dampaknya beragam, mulai dari gangguan aliran darah hingga disfungsi ereksi. Jika aliran darah ke testis terganggu, nutrisi yang dibutuhkan untuk produksi sperma juga ikut menurun.
"Itu sebabnya pada pasien diabetes sering ditemukan penurunan kualitas dan jumlah sperma. Dalam jangka panjang, testis bisa mengalami penurunan fungsi," katanya.
Meski begitu, ia menegaskan kondisi ini tidak selalu bersifat permanen. Dengan pengendalian gula darah, perubahan gaya hidup, dan terapi yang tepat, peluang memiliki keturunan tetap ada.
(tis/tis)