Korea Selatan (Korsel) banyak dikunjungi turis asing. Lalu, bagaimana para turis tersebut menghabiskan uang mereka selama berada di Negeri Ginseng?
Menurut laporan data, terdapat pergeseran kebiasaan berbelanja di kalangan turis saat ke Korea Selatan.
Pasalnya, dulu para turis yang berlibur ke Korsel banyak yang mengantre di butik-butik mewah dan department store kelas atas. Kebiasaan yang terjadi pada saat itu adalah, turis lebih senang mencari barang murah bebas bea.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ada pergeseran yang terjadi saat ini. Turis asing sekarang justru lebih menghabiskan lebih sedikit per pembelian tetapi frekuensi membelinya jauh lebih sering.
Terlihat pergeseran ke arah konsumsi yang praktis dan lebih banyak wisatawan yang mengincar pengalaman. Singkatnya, kalau dulu mereka sekali belanja langsung menghabiskan uang di barang-barang mahal, sementara sekarang lebih banyak beli barang kecil yang murah tetapi sering.
Menurut laporan data transaksi kartu kredit yang dikumpulkan oleh Korea Tourism Organization (KTO), terhitung dari 2018 hingga September 2025, tercatat pengeluaran per transaksi turun dari 150.000 won atau sekitar Rp1,6 juta) menjadi 120.000 won atau sekitar Rp1,3 juta) tahun ini.
Namun, total pengeluaran per pengunjung melonjak sebesar 83 persen selama periode yang sama. Hal ini juga didorong oleh lonjakan frekuensi pembelian sebesar 124 persen.
Angka-angka ini cukup menunjukkan pergeseran yang jelas, awalnya wisatawan boros pada barang besar yang mahal, tetapi kini lebih sering beli barang-barang sehari-hari yang terjangkau, sekaligus mencerminkan tren gaya hidup lokal.
Tren ini disebut dengan "K-lifestyle goods", yaitu fokus untuk membeli alat tulis unik, barang berkarakter, dan aksesori dengan nuansa Korea yang jelas. Tren ini yang tengah terjadi di kalangan turis di Korea.
"Transisi dari konsumsi kelas atas ke pengeluaran praktis yang didorong oleh gaya hidup menunjukkan bagaimana budaya Korea dan konten K memperluas pengaruh mereka di pasar pariwisata global," ujar Kepala Tim Strategi Data Pariwisata KTO, Lee Mi-sook, seperti dilansir dari The Korea Herald.
Jumlah transaksi di toko gacha (arcade dengan mesin cakar dan dispenser mainan kapsul) melonjak 142 persen pada sembilan bulan pertama tahun 2025, dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024.
Sementara hal yang sama juga terjadi di toko alat tulis dan toko buku, masing-masing membukukan keuntungan sebesar 48,7 persen dan hampir 40 persen. Di samping itu, sektor fesyen atau mode juga mengalami pergeseran ,di mana pembelian pakaian dalam, pakaian olahraga, dan aksesori melampaui pakaian konvensional.
K-beauty tetap menjadi yang paling menguasai di antara yang lain, penjualan kosmetik tumbuh 35 persen, pembelian farmasi melonjak 67 persen dan suplemen kesehatan (terutama produk ginseng merah) melonjak 75 persen.
(ana/wiw)