Cerita menegangkan datang dari Selandia Baru, ketika dua orang gadis yang terdampar di tempat antah berantah pada malam hari setelah tujuh jam naik bus menuju Auckland. Usut punya usut, sopir bus menurunkan mereka di tempat yang tak seharusnya.
Briellen Owen (13 tahun) dan Livy Owen (12 tahun) tak pernah menyangka perjalanan itu akan berakhir menakutkan. Rencananya hari itu, dua saudari ini berniat mengunjungi ayahnya di Auckland.
Mereka naik bus InterCity yang berangkat dari Bulls, Rangitikei District. Dengan yakin sambil mengantongi tiket untuk turun di dekat Sky Tower pusat kota, seharusnya bus ini akan membawa mereka menuju Auckland.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awalnya perjalanan lancar, sampai akhirnya tiba-tiba sopir bus tersebut tidak sengaja menurunkan dua gadis ini di Manukau, Auckland selatan. Kebingungan karena ternyata tak turun di Sky Tower, suasana jadi lebih mencekam karena hari sudah menuju malam.
Jam menunjukkan pukul 7.30 malam waktu setempat. Briellen dan Livy sebenarnya membawa ponsel, tetapi apa boleh buat, baterai ponselnya habis setelah menempuh perjalanan di bus selama tujuh jam.
Untungnya di tengah kondisi yang cukup mencekam ini, dua gadis tersebut masih mengingat nomor ibu mereka. Sang ibunda, Erin Alberino, mengatakan bahwa kedua putrinya ini harus meminjam telepon milik orang asing untuk menghubunginya.
"Mereka mengingat nomor ponsel saya dengan hati-hati dan menelepon saya untuk mengatakan bahwa mereka tersesat dan tidak tahu apa yang terjadi," kata Erin, seperti dilansir Stuff.
Hati Erin teriris karena mengetahui bahwa kedua putrinya diturunkan di tempat antah-berantah. Daerah ini jauh dari tempat asal mereka,diturunkan secara tiba-tiba di Manukau ibarat tersesat di tempat asing bagi Briellen dan Livy.
"Jadi untuk diturunkan di tempat yang tidak dikenal di mana mereka tidak tahu di mana mereka berada. Aku sangat marah," sesalnya.
Meskipun di tempat tak dikenal, untungnya masih ada orang baik yang mau menolong. Masih orang yang sama yang meminjamkan ponsel, ia juga sempat menemani Briellen dan Livy sampai kondisi mulai terlihat aman, sebelum akhirnya ia menitipkan kedua saudari ini ke penjaga keamanan.
Setelah 50 menit menunggu, akhirnya ayah gadis-gadis itu datang untuk menjemput. Sementara itu, Erin mengatakan bahwa seharusnya sopir bus tidak bisa menurunkan anak di bawah umur turun dari bus, jika di tempat pemberhentian itu belum ada orang tua/pendamping yang menunggu atau menjemput mereka.
"Ini adalah liburan sekolah, dan akan ada banyak anak-anak di bus-bus itu segera. Apa pun bisa terjadi, bagaimana jika gadis-gadisku terlalu malu untuk meminta bantuan orang asing?" protesnya.
Setelah kejadian ini, pihak InterCity ikut merasa prihatin atas insiden tersebut. Juru bicara InterCity mengatakan, keselamatan anak di bawah umur tanpa pendamping adalah prioritas utama mereka.
"Investigasi kami masih berlangsung dan akan mencakup meninjau urutan peristiwa yang terjadi selama proses pemesanan dan perjalanan," kata juru bicara InterCity.
(ana/wiw)