Jakarta, CNN Indonesia -- Tak ada Italia yang bertahan dan tak ada Italia yang hanya mengandalkan serangan balik di Piala Eropa kali ini. Itulah Italia yang dijanjikan oleh Antonio Conte.
Italia yang identik dengan permainan defensif akan berusaha meninggalkan wajah khasnya di Perancis. Italia tak mau lebih sering bermain di daerah pertahanan. Mereka ingin menjajah lapangan lawan lebih sering.
Pilihan Italia untuk meninggalkan gaya main bertahan bukan didasari oleh ketiadaan pemain hebat di lini belakang mereka. Lini belakang Italia justru jadi lini dengan nama-nama pemain yang memiliki jam terbang lebih tinggi dibandingkan lini tengah dan lini serang.
Di belakang, Gianluigi Buffon akan tetap dipercaya menjadi dewa pelindung Italia. Dari dua uji coba terakhir, Conte akan mantap mengunakan trio bek sebagai tembok di depan Buffon.
Trio Andrea Barzagli-Leonardo Bonucci-Giorgio Chiellini ditambah Buffon adalah jaminan ketenangan dan kenyamanan di lini belakang. Kendala terbesar dari lini belakang mereka adalah kaki-kaki mereka yang terkadang mulai lambat mengejar lari-lari cepat striker dan gelandang lawan.
Hal itulah yang kemudian harus ditutupi oleh barisan gelandang Italia. Conte bakal menumpuk lima gelandang di tengah.
Lima gelandang di tengah berarti juga Conte ingin penguasaan bola bisa digenggam oleh Italia di tiap pertandingan yang dimainkan.
Italia kali ini tak memiliki Andrea Pirlo yang identik dengan kepiawaian menahan bola dan mengatur ritme permainan. Karena itu Daniele De Rossi bakal lebih memiliki peran sentral di lini tengah Italia.
Bila di dekade sebelumnya nama-nama lini tengah Italia selalu diisi dengan nama-nama tenar, maka kali ini barisan lini tengah Italia bakal mengandalkan nama-nama yang kurang populer seperti Antonio Candreva, Alessandro Florenzi, Emanuele Giaccherini, Matteo Darmian hingga Marco Parolo.
Sebagai individu, sosok gelandang-gelandang Italia yang ada saat ini memang kalah tenar dibandingkan gelandang yang masuk kategori elit Eropa. Namun gelandang-gelandang Italia kali ini diisi oleh barisan pekerja keras.
Mereka adalah nama-nama yang cocok untuk menjalankan instruksi Conte agar Italia secepatnya merebut bola ketika bola baru saja direbut oleh lawan.
Fleksibilitas beberapa pemain Italia seperti Candreva, Darmian, dan Florenzi juga membuat Conte memiliki banyak opsi pemain untuk satu posisi. Kombinasi susunan lini tengah milik Conte pun semakin variatif.
Dengan susunan 3-5-2, maka dua winger Italia juga dituntut untuk mundur ketika Italia mendapat serangan. Florenzi dan Darmian sudah tak canggung memainkan peran ini.
Di lini depan, Italia juga tak memiliki sosok monster yang menakutkan lini pertahanan lawan. Barisan penyerang Italia diisi oleh nama-nama yang jumlah golnya untuk tim nasional belum mencapai 10 buah.
Tak hanya itu di level klub pun, nama macam Simone Zaza, Graziano Pelle, Ciro Immobile, Eder, Stephane El Shaarawy dan Lorenzo Inisgne hanyalah striker kelas dua dalam tataran striker tajam Eropa.
Nihilnya striker berkelas atas justru membuat Italia tak hanya fokus pada satu nama saja saat mengalirkan bola. Seluruh pemain Italia memiliki peluang yang sama untuk mencetak gol bagi Italia.
Sejak awal babak penyisihan, Italia sudah langsung mendapatkan duel-duel berat lawan Belgia, Rep. Irlandia, dan Swedia. Bila mampu melewati adangan tim-tim tersebut, kepercayaan diri Italia bakal semakin bertambah.
Seburuk-buruknya performa Italia, dengan adanya empat slot peringkat tiga terbaik, maka Italia masih bisa berharap lolos ke fase knock out babak 16 besar.
(ptr)