Jakarta, CNN Indonesia -- Kesuksesan
The Hunger Games memunculkan tren baru di dunia film. Sutradara berlomba-lomba membuat kisah serupa, dengan berbagai pembaruan di sana-sini. Kebanyakan, diangkat pula dari buku yang juga mengekor Suzanne Collins.
The Hunger Games sendiri masih bernasib mujur.
Sampai film kedua --
The Hunger Games: Catching Fire-- ia masih ditunggu-tunggu penggemar. Bahkan pengagum Katniss (Jennifer Lawrence) dan Peeta (Josh Hutcherson) masih setia menanti sekuel ketiga yang baru rilis November mendatang,
The Hunger Games: Mockingjay Part 1.
Bagaimana nasib film-film yang lain? Dari berbagai sumber, berikut rangkuman film petualangan remaja yang populer beberapa tahun belakangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
The Hunger Games
Novel trilogi Suzanne Collins--
The Hunger Games, Catching Fire, dan Mockingjay--mencuri perhatian sutradara Gary Ross. Tahun 2012, ia meluncurkan film petualangan remaja dengan menggebrak,
The Hunger Games. Ia memilih pemeran utama yang tak seberapa populer, Lawrence dan Hutcherson.
Liam Hemsworth disajikan sebagai “pemanis”. Ia memerankan Gale, kekasih Katniss di dunia nyata. Hubungan keduanya berantakan saat Katniss dipaksa berpasangan dengan Peeta di dunia permainan yang diciptakan The Capitol. Katniss dan Peeta harus saling menguatkan untuk bertahan hidup.
Nyatanya, film itu sukses. Mengutip
Box Office Mojo,
The Hunger Games menjadi film berpendapatan kotor tertinggi sepanjang musim semi 2012. Sekuelnya,
The Hunger Games: Catching Fire yang masih mengisahkan Katniss-Pita-Gale dan dunia distopia mereka melejit lebih sukses.
Tercatat, ia menjadi film terlaris 2013. Pendapatan kotornya nyaris menembus US$ 11 miliar, atau sekitar Rp 132 triliun. Film berikutnya rilis November, namun sudah mendapat sambutan meriah. Baru
teaser di
YouTube saja, sejak 27 Juli lalu sudah ada lebih dari 15 juta orang yang melihat.
City of Bones
Kalau
The Hunger Games menyajikan dunia distopia bernama Panem,
City of Bones punya yang lebih muram. Tempat yang serupa dengan New York tapi lebih berbahaya itu, disebut Downworld. Isinya iblis, setan, roh jahat, vampir, manusia serigala, dan banyak makhluk menyeramkan lain.
Itulah yang harus dihadapi Clary Fray (Lily Collins). Dari gadis remaja biasa, ia dipaksa menjadi sosok tangguh dan kuat sejak ibundanya (Lena Headey) diculik. Clary pun bergabung dengan kelompok pemburu bayangan, yang merupakan sosok setengah malaikat. Petualangan pun dimulai.
Film garapan sutradara Harald Zwart juga diangkat dari novel. Film itu merupakan seri pertama karya Cassandra Clare,
The Mortal Instruments. Sayang, respons kritikus sangat negatif.
Rotten Tomatoes memberinya nilai empat dari 10. Dilaporkan, narasi dan kisah asmara yang coba ditampilkan kacau.
City of Bones seperti ingin merangkum semua film fantasi remaja selama beberapa tahun terakhir, namun gagal memberi unsur kebaruan yang menarik. Secara global, ia hanya meraup US$ 90 juta, atau sekitar Rp 1 triliun. Ia membawa kerugian bagi studio Constantin di tahun 2013.
DivergentChicago masa depan adalah distopia di film
Divergent. Film yang diangkat dari novel laris karya Veronica Roth itu mengisahkan pengelompokan manusia berdasarkan beragam kebajikan.
Ada kelompok Abnegation bagi mereka yang tak kenal pamrih, Amity bagi pencinta damai, Candor bagi mereka yang jujur, Dauntless bagi pemberani, dan Erudite bagi mereka yang cerdas. Sifat anomali ada pada Beatrice Prior (Shailene Woodley), yang punya lebih dari satu karakter dominan.
Beatrice tumbuh di lingkungan Abnegation yang selalu menjalankan pemerintahan, tapi kagum pada kelompok Dauntless. Berdasarkan hasil tes, ia ternyata punya tiga kecocokan. Karena itulah Beatrice disebut Divergent. Masalah muncul saat salah satu dari kelompok ingin menggulingkan kekuasaan.
Garapan sutradara Neil Burger itu mendapat respons secara beragam. Namun, ia berhasil menjuarai
box office pada minggu pertamanya.
Divergent bisa dibilang cukup sukses. Pendapatan globalnya US$ 286 juta (hampir Rp 3,5 triliun). Biaya produksinya hanya US$ 85 juta (sekitar Rp 1 triliun).
The GiverKalau film lain diangkat dari buku petualangan remaja yang baru diterbitkan dalam kurun lima tahun terakhir,
The Giver punya referensi yang berbeda. Garapan sutradara Philip Noyce itu diadaptasi dari novel berjudul sama karya Lois Lowry, yang terbit tahun 1993. Namun, kisahnya lebih modern.
The Giver bercerita soal masa depan, dengan latar tahun 2048. Saat itu, semua manusia sepakat untuk menghapus warna, ras, dan perasaan. Segala memori masa lampau dihapuskan. Hanya satu yang memiliki kenangan, yakni Jonas (Brenton Thwaites) si Penerima Memori.
Berdasarkan kenangan yang didapatnya dari Pemberi Terakhir alias The Giver (Jeff Bridges), Jonas memutuskan diam-diam ke suatu tempat yang tak pernah dijangkau siapapun dalam komunitasnya. Tempat itu disebut Elsewhere. Ia berniat mengembalikan memori semua orang.
Film yang juga dibintangi penyanyi muda Taylor Swift itu baru rilis di Amerika pertengahan Agustus lalu. Di hari pembukaan, ia meraup US$ 4,7 juta (sekitar Rp 56,5 miliar), dan US$ 12,3 juta (sekitar Rp 147 miliar) dalam seminggu. Sampai pertengahan September, film itu berpendapatan kotor hampir US$ 45 juta (sekitar Rp 541 miliar) secara global.
The Maze RunnerMinggu ini,
The Maze Runner akan menggebrak Indonesia. Film itu punya dunia distopia sendiri, bernama Glade. Ke sanalah para remaja lelaki tanpa ingatan dikirim, sebulan sekali bersama sekotak persediaan. Mereka tidak dibiarkan keluar dari Glade, sampai bertahun-tahun lamanya.
Di sekeliling tanah lapang yang kelamaan mereka anggap rumah itu, berdiri labirin raksasa dengan monster bernama Griever di dalamnya. Keadaan berubah sejak Glade kedatangan Thomas (Dylan O’Brien) dan Teresa (Kaya Scodelario). Mereka punya ingatan samar tentang tempat itu.
Sutradara Wes Ball menggarap
The Maze Runner berdasarkan buku berjudul sama karya James Dashner.
The Maze Runner merupakan buku pertama, dengan buku kedua berjudul
The Scorch Trial dan buku ketiga
The Death Cure. Diprediksi, film pertama itu bakal sesukses
The Hunger Games.
Baru dirilis di Amerika Utara, film itu sudah memuncaki box office dengan penghasilan US$ 30 juta (Rp 360 miliar). Itu belum termasuk pendapatan domestik dan asingnya, US$ 8 juta (Rp 96 miliar) menurut Box Office Mojo. Padahal, biaya produksi film distopia itu hanya US$ 34 juta (Rp 408 miliar).
Sejauh ini, selain di Amerika The Maze Runner baru ada di Ceko, Malaysia, Singapura, dan Meksiko.
Seventh SonSetelah berkali-kali menunda waktu tayang,
Seventh Son yang digarap sutradara Sergei Bodrov akhirnya positif akan rilis pada 6 Februari 2015 di Amerika. Film itu juga terinspirasi dari novel. Judulnya
The Spook’s Apprentice (di Amerika berjudul
The Last Apprentice: Revenge of the Witch).
Seventh Son mengisahkan Tomas Ward (Ben Barnes), anak bungsu dari tujuh bersaudara. Ia tegah dikader dalam kelompok Spook, yang bertugas melawan roh jahat. Banyak yang gagal karena nyali mendadak ciut. Tomas ditakdirkan untuk menjadi satu-satunya yang bisa melawan kegelapan.
Film mencapai klimaks, saat Tomas tertipu untuk melepaskan roh Mother Malkin (Julianne Moore), penyihir paling jahat seantero negeri. Tomas menjadi kunci penyelamatan desa dari sang penyihir.