Jakarta, CNN Indonesia -- Ella bermimpi, suatu saat bisa menampilkan pertunjukan balet di Gedung Kesenian Jakarta dengan diiringin musik orkrestra secara langsung. Hal ini pun tak terlepas dari kecintaannya pada bangunan tua peninggalan sejarah kolonial Belanda.
Menurutnya, sebuah pertunjukan balet tidak boleh memakai panggung sembarangan. “Pokoknya harus di GKJ, karena desainnya klasik dan memang panggungnya bagus untuk mementaskan balet,” kata Ella.
Singkat cerita, perempuan yang sebetulnya bergerak di bidang IT tersebut bertemu dengan komposer musik Tohpati. Namun saat itu, belum tebersit mementaskan balet berdampingan dengan lagu-lagu Chrisye yang melegenda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Tadinya saya ingin membuat Ophelia, yang merupakan cerita balet klasik,” ujar Ella mengungkapkan. Namun Tohpati merasa bukan kapasitas dirinya untuk mengiringi dan mengaransemen musik untuk pertunjukan balet klasik yang berkisah tentang Ophelia dalam kisah Hamlet karya William Shakespeare.
Ella terus mengolah idenya. Sampai suatu ketika, dia mendengarkan lagu Lilin-Lilin Kecil, lalu tercetus konsep pergelaran yang kemudian diberi nama Seberkas Cahaya, sesuai dengan penggalan lagu gubahan James F. Sundah itu.
“Saat mendengarkan lagu Lilin-Lilin Kecil, saya merasa bahagia sekali. Jadi saya terpikir bagaimana kalau membuat tribute to Chrisye kayaknya oke banget.”
Komunitas Balet di JakartaKomunitas pecinta balet, diakui Ella, terbilang sangat jarang. “Balet itu komunitasnya susah, karena image-nya eksklusif dan mahal. Jadi awareness orang terhadap balet masih kurang di kalangan masyarakat Indonesia,” ucapnya. Ide tersebut Ella sampaikan pada Tohpati, dan disambut positif oleh gitaris jazz itu.
 |
Seberkas Cahaya didukung penari profesional (CNN-Indonesia) |
Dari begitu banyak lagu Chrisye, Ella memilih 15 lagu yang hingga kini abadi, di antaranya Untukku, Gita Cinta, Kala Cinta Menggoda, Kala Surya Tenggelam, Serasa, Angin Malam, Pelangi, Ketika Tangan dan Kaki Berkata, dan Merpati Putih.
Ella lantas menulis cerita untuk pertunjukan yang merupakan mimpinya itu. “Saya buat ceritanya, saya sambungkan cerita saya tersebut dengan lagu-lagu Chrisye," katanya seraya tersenyum. "Lalu, cerita saya tersebut saya serahkan kepada Tohpati. Awalnya, dia ngetawain cerita saya, sih.”
Ella membuat drama percintaan rumit dalam naskah ceritanya. Dia pun menunjuk Balletomane sebagai penari-penari di Seberkas Cahaya. Ella memilih penari balet profesional untuk debut pementasan balet idenya tersebut.
“Menarikan balet tidak ada komunikasi, semua serba tarian. Kita tidak seperti drama musikal yang ada dialognya sehingga penari benar-benar harus bisa membawakan aktingnya itu dalam tarian,” ungkap Ella.
Pementasan Seberkas Cahaya adalah pertunjukan balet skala besar yang pertama dia ciptakan. Sebelumnya, Ella hanya membuat pementasan balet untuk pentas sekolah.
“Ini baru pertama kalinya saya memberanikan diri nekat membuat pergelaran. Ini benar-benar modal niat sama nekat,” kata Ella yang keluarganya sudah saling kenal dengan keluarga Chrisye.
Sampai sekarang, Ella tidak percaya bagaimana ide kecilnya tersebut bisa menciptakan pementasan balet cukup besar. Ella yang sehari-hari bekerja kantoran di sebuah perusahaan IT terpaksa mencuri-curi waktu untuk membuat skenario Seberkas Cahaya.
Setiap hari di segala kesempatan, Ella dengarkan 15 lagu milik Chrisye. Sambil membayangkan nuansa musik dan jalan cerita yang dia ciptakan. “Dari situ saya mendapatkan ilham,” ujarnya.
Skenario awal dia tulis di atas kertas meja makan. “Karena tidak bawa kertas, saya tulis di atas kertas makan, saya pinjam pulpen untuk menulisnya.”
Tanggung Jawab BesarProses membuat cerita dengan aransemen lagu berjalan sekitar tiga minggu. Dengan jujur, Ella mengaku betapa hebat tanggung jawab yang dia bawa untuk pementasan Seberkas Cahaya.
“Bebannya besar sekali karena tanggung jawab saya kepada 2.000-an penonton, keluarga almarhum Chrisye, kepada pecinta lagu-lagu Om Chrisye,” ujarnya. Namun, niat tulus berkarya membuatnya terus melangkah sampai tuntas.
Mendapatkan sponsor pun rupanya tidak segampang yang dibayangkan. “Karena saya bukan siapa-siapa. Saya hanya orang biasa, dan nama Balletomane yang saya pakai itu juga suatu organisasi balet yang baru juga.
Meskipun membawa nama besar Chrisye dan Tohpati, ternyata urusan mendapatkan penyokong dana tidak mudah. Namun pada akhirnya banyak pihak yang memberi kepercayaan padanya.
Dukungan dari keluarga Chrisye juga yang membuat semangat Ella tak pernah padam. “Bu Yanti juga beberapa kali datang untuk melihat latihan. Anaknya pun ikut membantu dalam produksi ini,” kata Ella mengakhiri perbincangan malam itu.