FILM PERJUANGAN

Dahaga 'Kobaran' Heroisme di Layar Lebar

CNN Indonesia
Rabu, 15 Okt 2014 14:03 WIB
Sejak trilogi Merah Putih dan Soegija, layar Indonesia jarang disapa medan pertempuran era kemerdekaan. Dahaga heroisme itu lantas dihapus 3 Nafas Likas.
Atiqah Hasiholan di film perjuangan 3 Nafas Likas. (dok. DetikFoto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak trilogi Merah Putih dan Soegija, layar Indonesia jarang disapa medan pertempuran era kemerdekaan. Dahaga heroisme itu lantas dihapus 3 Nafas Likas, film garapan Rako Prijanto tentang seorang jenderal pejuang, Djamin Ginting.

Namun, Rako tidak memunculkan kobaran perang. Ia mengupas kehidupan Djamin lewat sang istri, Likas Tarigan. Melalui kameranya, Djamin memunculkan tokoh heroisme bagi perempuan, yang kuat, setia, tapi tetap merunduk di hadapan suami.

Diakui Rako, tidak mudah membuat film perjuangan di Indonesia. Dua kendala yang sering dihadapi sutradara: mahalnya biaya produksi dan sulitnya mewujudkan visualisasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Biaya produksi jelas mahal. Sulit juga membuat latar persis seperti zaman perjuangan,” kata Rako pada CNN Indonesia saat dihubungi melalui telepon, Selasa (14/10). Soal skenario, ia melanjutkan, tidak terlalu banyak kesulitan. Pada dasarnya, semua penulis bisa menciptakan skenario apapun.

“Kuncinya kalau untuk film perjuangan, ya harus kuat di riset. Dan harus memegang idealisme,” ujar Rako lagi. Ia menuturkan, membuat film perjuangan lazimnya butuh waktu panjang, tak bisa instan. Saat ia membuat biopik Hasyim Asyari lewat film Sang Kiai misalnya, butuh 2,5 tahun untuk riset.

“Baca buku, ke daerah-daerah, menghubungi narasumber, juga baca literatur,” katanya. Ia bercerita, kala itu literatur yang harus dihadapinya tidak mudah. Sebab, tidak ditulis menggunakan huruf latin.

“Orang dulu kan pakai huruf Arab, gundul lagi,” ucap Rako.

Narasumbernya pun tidak mudah. Saksi sejarah yang ada, minimal berusia 85 tahun. Sisanya lebih tua atau bahkan sudah meninggal. Di usia itu, banyak memori yang sudah hilang. Cara berkomunikasinya juga butuh tenaga ekstra.

Untuk 3 Nafas Likas, Rako membandingkan, risetnya lebih mudah. Ia hanya butuh dua bulan, karena sudah ada narasumbernya langsung, dan buku biografi yang masih autentik. Keluarga Likas juga sangat kooperatif membantu.

“Apalagi Pak Djamin kan punya museum sejarah. Foto-foto, baju, atribut, semua terdokumentasi dengan baik,” tuturnya menambahkan. Busana asli milik Djamin dan Likas, sempat digunakan oleh Vino G Bastian dan Atiqah Hasiholan yang memerankan keduanya.

“Tapi hanya waktu reading, untuk pendalaman saja. Karena kita takut rusak,” kata Rako.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER