Jakarta, CNN Indonesia --
Gunung Emas Almayer siap tayang pada 6 November mendatang di 150 bioskop Tanah Air. Film ini merupakan kolaborasi antara Media Desa Indonesia dengan rumah produksi Tanah Licin asal Malaysia. Kisah ini diangkat dari novel klasik Joseph Conrad yang berjudul
Almayer's Folly.Aktor dan aktris asal Indonesia dan Malaysia turut memegang peran dalam film ini, di antaranya Peter O'Brien, Alex Komang, El Manik, Rahayu Saraswati, Sofia Jane, Diana Danielle, dan Adi Putra.
Latar belakang budaya Melayu di akhir abad ke-19 seperti bahasa dan lanskap alam ditampilkan dalam film yang disutradarai U-Wei Bin Haji Saari asal Malaysia. Ia juga berperan sebagai eksekutif produser di film ini, bersama dengan Rahayu Saraswati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film yang diangkat dari novel keluaran 1895 ini bercerita tentang Kaspar Almayer, seorang pedagang dan arkeolog Belanda yang berjuang bertahan hidup di Malaka pada pertengahan abad ke-19. Ia bertujuan mengejar impiannya, yaitu menemukan gunung emas.
Lokasi pengambilan gambar sepenuhnya dilakukan di Malaysia. Tiga lokasi utamanya Kuala Lipis, Kenong Park, dan Pekan. Sebanyak 70 persen bahasa yang digunakan adalah Melayu, sedangkan 30 persennya adalah bahasa Inggris.
"Film seperti ini masih jarang di Indonesia. Saya merasa karakter Taminah adalah yang tersulit saya perankan selama ini," kata Rahayu yang berperan sebagai gadis Jawa yang menjadi budak di Malaka.
Menurutnya, bahasa jadi salah satu tantangan terbesar. "Saya harus bisa berbicara dengan bahasa Melayu pada abad ke-19. Bahasa Melayu tapi ada unsur Jawa," katanya saat konferensi pers film
Gunung Emas Almayer di Tea Addict, Jalan Gunawarman, Jakarta Selatan, Rabu (29/10).
Sementara itu, perwakilan Media Desa Indonesia, Sam Siregar mengatakan pihaknya menargetkan 1,5 juta penonton dari Indonesia. "Film ini juga akan didistribusikan di Malaysia. Rencananya, akan ditayangkan juga di Asia Tenggara serta Amerika Serikat," katanya.
Untuk biaya produksi film yang digarap selama lima tahun ini, Sam mengklaim telah menghabiskan US$ 5 juta (atau sekitar Rp 60 miliar). "Kami menyewa kapal dari Amerika Serikat senilai US$ 10 ribu (sekitar Rp 121 juta) per hari. Sebanyak 80 persen gambar kalap dengan bantuan special effect sedangkan 20 persennya adalah kapal asli yang kami sewa itu," katanya.
Di Malaysia, film ini akan dipublikasikan dengan nama
Hanyut dan akan ditayangkan di lebih dari 80 bioskop di Malaysia.