JAZZ @KOTA TUA

Panggung Jazz di Atas Sejarah Kelam Indonesia

CNN Indonesia
Sabtu, 13 Des 2014 15:20 WIB
Di bawah panggung megah Jazz @Kota Tua, terdapat penjara yang pernah membekap kebebasan Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, dan Untung Suropati.
Panggung Jazz @Kota Tua di halaman Museum Fatahillah (CNN Indonesia/Donatus Fernanda Putra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kawasan Kota Tua Jakarta, Sabtu (13/12) akan lebih semarak. Dua panggung didirikan di tengah kawasan yang dikelilingi bangunan-bangunan kolonial itu. Panggung utama yang berukuran besar, ditempatkan tepat di depan Museum Fatahillah. Satu lagi, ada di sisi timur halaman museum.

Kedua panggung itu akan menampilkan musisi-musisi jazz kondang Tanah Air maupun mancanegara. Pertama kalinya, mereka pentas di tengah atmosfer Kota Tua Jakarta. Itu merupakan acara Jazz @Kota Tua, festival yang akan dijadikan tahunan.

Menariknya, tak banyak yang tahu bahwa panggung Jazz @Kota Tua berdiri di atas sebuah kekelaman sejarah. Beberapa meter di bawahnya, ada penjara masa lampau yang selalu tergenang air. Bahkan, genangan itu masih ada hingga kini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(Baca juga: Riwayat Penjara Terpendam di Kota Tua Jakarta)

Itu diceritakan Budi, salah satu petugas keamanan Museum Fatahillah pada CNN Indonesia, Sabtu (13/12). Katanya, ada dua penjara di bawah museum. Satu di bawah halaman depan tempat didirikan panggung, satu lagi di bawah gedung museum.

Budi menyebutkan, penjara di bawah halaman museum dahulu merupakan tempat bagi tahanan perempuan. Penjara itu sengaja digenangi air supaya para tahanan kedinginan.

"Itu air rembesan dari bawah, sudah ditutup tapi selalu tergenang," katanya. Tiga pahlawan besar pernah dipenjara di sana. Yakni, Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, dan Untung Suropati.

(Baca juga: Sederet Musisi Jazz 'Ngamen' Gratis di Kota Tua)

Sementara penjara tahanan pria, ada di bawah gedung museum. Saat ini, pengunjung bisa melihat adanya bola-bola besi yang pada masa lalu dirantai ke kaki tahanan supaya tidak bisa melarikan diri.

Penjara bawah tanah tempat para tahanan pria sendiri kini sudah ditutup secara permanen. Pengunjung hanya bisa melihat bagian depan penjara dari museum.

(Baca juga: Lima Penampilan Wajib Tonton di Jazz @Kota Tua)

Tak hanya penjara, bagian bawah halaman Museum Fatahillah juga dahulu menjadi ruang pertemuan untuk membahas strategi perang zaman kolonial. Lorong bawah tanah yang terkubur konon menyambung hingga ke Pelabuhan Sunda Kelapa.

Hari ini, pukul 09.00 hingga 24.00 di atas semua itu, bakal mengalun melodi-melodi indah hasil paduan alat musik gitar, piano, terompet, dan saksofon. Jazz yang berakar pada musik Afrika dan Eropa, kembali ke 'habitat'-nya, rumah kolonial.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER