FILM INDONESIA

The Raid 2: Berandal Sukses karena Penuhi Selera Amerika

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Senin, 05 Jan 2015 16:45 WIB
The Raid 2: Berandal meraup sukses lagi di mata dunia perfilman dunia. Ia menduduki peringkat 7 dalam daftar 10 Film Terbaik 2014 versi IMDb. Apa kuncinya?
Ilustrasi film
Jakarta, CNN Indonesia -- Lagi-lagi The Raid 2: Berandal menorehkan kebanggaan bagi dunia perfilman Indonesia. Film garapan Gareth Evans itu masuk 10 Film Terbaik 2014 versi situs film besar IMDb. Film itu bersanding dengan film Hollywood lain seperti Interstellar, Boyhood, Gone Girl, Guardians of the Galaxy, X-Men: Days of Future Past, Edge of Tomorrow, dan The Fault in Our Stars. The Raid 2: Berandal menempati posisi ke-tujuh dengan nilai 8,1 dari angka sempurna 10.

Menurut pengamat film Adrian Jonathan Pasaribu, itu karena The Raid 2: Berandal mampu menembus pasar Amerika. "IMDb itu kan berbasis vote, kebanyakan oleh orang Amerika. Film kita yang punya peluang diputar di sana ya cuma The Raid," ujar Adrian saat dihubungi CNN Indonesia melalui telepon pada Senin (5/1).

The Raid 2: Berandal memang dilirik produser Amerika setelah film yang dibintangi Iko Uwais itu mendapat kehormatan diputar di Sundance Film Festival. Itu merupakan salah satu festival film terbesar di Amerika. Banyak distributor membidik film di sana, untuk dipasarkan di negara adidaya. The Raid 2: Berandal ternyata sukses membetot perhatian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak semua film berhasil menarik produser dan distributor Amerika. Pertama, di Amerika film itu banyak, jadi market untuk film luar sangat kecil. Jangankan Indonesia, film Eropa saja susah," ucap Adrian menjelaskan. The Raid 2: Berandal, lanjutnya, termasuk satu dari yang sedikit itu. Sebab, produksi Merantau Films itu mampu memenuhi selera penonton Amerika.

Membuat film seperti itu, diakui Adrian tidak mudah. Film selalu dibuat dengan konteks. Menontonnya pun ada konteks tertentu. Sesuatu yang menggelikan di Indonesia misalnya, belum tentu lucu di Amerika, begitu pula sebaliknya.

"Selalu ada konteks budaya. Kalau dibawa ke budaya lain, belum tentu diterima," ia melanjutkan. Keuntungan The Raid 2: Berandal, imbuhnya, tidak terikat pada konteks tertentu. "Tidak butuh konteks budaya. Orang berantem ya di berantem aja," tutur pengurus Cinema Poetica itu. Film lain seperti horor atau drama, belum tentu dimengerti secara universal.

Meski koreografi The Raid 2: Berandal disebut-sebut menyuguhkan silat khas Indonesia, orang luar ternyata tak peduli. "Teman-teman saya yang nonton di sana, mereka enggak mau tahu itu. Pokoknya berantem. Mau pakai Merah Putih kek, apa kek," ujar Adrian berseloroh.

(rsa/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER