Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi penulis Alberthiene Endah, ada dua kegiatan utama yang memenuhi jadwal hariannya: menulis buku dan mengurus anjing. Bukan hanya sembilan ekor anjing peliharaan di rumah, juga anjing-anjing lain yang terlantar di Jakarta dan sekitarnya.
Sejak memelihara seekor anjing husky bernama Bruno, pada 2010, waktu dan perhatian penulis 46 buku biografi—antara lain Ani Yudhoyono, Chrisye, Kris Dayanti dan Merry Riana—ini tersita sepenuhnya untuk si makhluk berbulu berkaki empat.
(
Baca Juga: Merry Riana: Film Ini Bukan Tentang Saya)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gara-gara Si Bruno“Memperhatikan binatang, saya tidak lagi memperhatikan diri sendiri,” kata penulis yang akrab disapa AE saat ditemui CNN Indonesia di kediamannya di Ciganjur, Jakarta Selatan, belum lama ini. “Dan hal ini menimbulkan ketagihan.”
Gara-gara memelihara Bruno, AE pun menjalin pertemanan dengan kalangan dokter hewan, penyelamat hewan, juga komunitas pencinta anjing. Saat mendapat kabar tentang seekor anjing yang terlunta, AE sigap bergabung dengan teman-temannya untuk menyelamatkan.
“Ada rasa yang enggak bisa dinilai ketika kita bisa membebaskan satu makhluk dari keadaan buruk, sampai dia sehat dan bisa makan lagi. Saya rindu untuk terus melakukan itu,” kata AE. “Kehidupan saya sama sekali tidak terganggu, malah lebih berarti.”
Dulu, saat dilanda kebingungan, AE biasa melarikan diri ke mal, salon, atau kafe. Kini, tidak lagi. Waktu dan energinya yang berlebih ia alokasikan untuk si
doggie. Bahkan pada saat akhir pekan pun ia menghabiskan waktunya di
shelter anjing.
“Mungkin satu-satunya kebiasaan lama yang menunjukkan saya masih perempuan: saya masih belanja kosmetik,” katanya dengan nada canda. AE aktif menyelamatkan anjing terlantar karena tak ingin perhatiannya hanya sebatas rasa kasihan.
Menulis Jalan TerusPengalaman menyelamatkan anjing terlantar semakin membuka mata AE betapa banyak anjing yang diperlakukan secara tidak adil: dipukuli atau dibakar hidup-hidup sampai mati, dimakan, dipaksa kawin, dan ditempatkan di kandang yang tak layak.
Sekalipun perhatiannya banyak tersita untuk anjing, bukan berarti pekerjaan menulis buku jadi terbengkalai. AE sudah mengatur jadwal penulisan buku-bukunya yang padat hingga akhir tahun 2016 mendatang.
(
Baca Juga: Alberthiene Endah Menulis Buku Biografi dan Berspiritual)
Tak seperti kebanyakan penulis di Barat yang biasa menulis di kafe, AE lebih memilih bekerja di rumah. Dalam setahun, ia menjadwalkan penggarapan tiga buku yang masing-masing dibagi dalam tiga tahap:
post production, penggarapan, dan
preparation.Sekalipun bekerja di rumah, bukan lantas AE mengerjakannya dengan santai. Ia bahkan tidak pernah tidur siang. Setiap hari, ia bangun pukul empat pagi, dan bermaraton dari menulis, mengurus rumah, mengurus anjing, sampai
me time.Membaca Buku JadulMomen
me time kerap digunakan AE untuk membaca buku sembari menyesap secangkir teh bersama sang suami, Dio Friedel Castro, yang berprofesi sebagai fotografer. Buku pilihannya beragam, dari baru sampai
jadul.
“Saya baru saja menyelesaikan membaca
Gelombang-nya Dewi ‘Dee’ Lestari, juga
Max Havelaar karya Multatuli dan
Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams. Belakangan ini, saya sangat suka buku-buku klasik,” kata AE.
Jadi keasyikan tersendiri bagi AE mengombinasikan pilihan buku bacaannya. Dengan begitu, ia bisa melihat perbedaan cara bertutur pada masa lalu dan sekarang. Begitu pula kriteria perempuan cantik era lampau dan kini.
“Menulis memang sebaiknya spontan. Tapi pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas juga perlu,” kata perempuan bertubuh ramping ini. “Karya baru belum tentu terciamik, dan karya lama cara bertuturnya wajar, sastranya tidak dipaksakan.”
Buku Biografi yang InspiratifGara-gara buku biografi yang ditulisnya rata-rata
best seller, banyak orang berlomba menghubungi AE. “Mereka merasa hidupnya drama. Mereka minta dibuatkan biografi seperti Merry Riana, dan mengaku-aku ‘saya lebih miskin dari Merry Riana, lho.'”
(Baca Juga: Belajar Menyikapi Kehidupan dari Merry Riana)Bagi penggemar Raditya Dika ini, fakta tersebut lucu dan menarik. Ternyata, disadari AE, kini publik senang membaca kisah nyata, bukan fiktif. Tak heran bila buku biografi menjadi primadona, penjualannya bisa mengalahkan buku fiksi.
“Bisa jadi fakta ini menunjukan kini banyak orang depresi,” kata AE, serius. “Mereka butuh harapan, butuh pemantik untuk semangat lagi. Dengan membaca buku biografi yang inspiratif, mereka mendapatkan secercah semangat. Refleksinya kelihatan dari situ.”
AE sendiri mengaku sangat ingin menulis kisah inspiratif Anggun Cipta Sasmi. “Tapi agaknya Anggun belum mau bikin buku biografi. Memang keinginan harus datang dari dalam hati. Seseorang yang merasa sudah saatnya berbagi akan lebih tulus bercerita.”
(vga/vga)