Ecstasy, Pelopor Film Erotis Sebelum Fifty Shades of Grey

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Jumat, 13 Feb 2015 09:45 WIB
Ecstasy, film non-pornografi pertama yang menampilkan wajah orgasme perempuan di layar lebar. Nama aktris Hedy Lamarr pun melejit.
Ecstasy, film erotis era 1930-an yang menuai kontroversi. (Dokumentasi: Elektafilm)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jauh sebelum Fifty Shades of Grey, sekira delapan dekade yang lalu, pornografi sudah merasuki industri film mainstream. Adalah Ecstasy, film non-pornografi pertama yang menampilkan wajah orgasme perempuan di layar lebar. Kritik yang datang untuk film produksi 1933 itu, jauh lebih hebat ketimbang isu boikot yang menerpa Fifty Shades of Grey.

Ecstasy disebut tak senonoh dan sangat berbahaya bagi moral. Film itu juga tergolong sangat berani dan bisa menerbitkan berahi.

Mengutip Time, film asal Ceko itu mengisahkan Eva, gadis muda yang menikah dengan seseorang yang jauh lebih tua dan impoten. Suatu hari, saat asyik berenang telanjang di sebuah danau, seekor kuda membawa lari busana yang ditanggalkannya di tepian. Eva pun mengejarnya dengan kondisi bugil, melewati pedesaan, dan bertemu pemuda tegap nan tampan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengejaran itu pun berujung erotis di atas ranjang, bersama si pemuda dari pedesaan.

Film berlabel G itu langsung menuai kontroversi. Pertama, karena Eva berselingkuh. Tanpa status cerai, ia berkhianat pada suaminya yang tak lagi bisa membuat gairah. Ia berpaling pada pemuda tegap nan tampan yang bisa kembali 'membakar' hasrat seksualnya di tempat tidur. Untuk publik tahun 1933, itu tergolong tabu.

Kedua, soal adegan seks itu sendiri. Menurut standar sekarang, mungkin itu tak terlalu mengejutkan. Adegan itu dipotong, hanya memperlihatkan tangan Eva meremas karpet dan mutiara di kalungnya berhamburan. Namun, ada pula wajahnya yang menampakkan tanda orgasme.

Dalam film itu, Eva diperankan oleh aktris 18 tahun bernama Hedy Kiesler. Ecstasy melejitkan nama Hedy sebagai bintang internasional. Namun, beberapa saat kemudian ia terpaksa mengubah namanya menjadi Hedy Lamarr, sebagai upaya menjauhkan diri dari film yang jadi debutnya.

Hedy Lamarr, pemeran Eva dalam film Ecstasy produksi 1930-an. (Getty Images/Hulton Archive)
Seperti halnya Fifty Shades of Grey, penerimaan film Ecstasy terbagi ke dalam dua kubu. Insan perfilman yang hadir dalam Film Exposition International di Venesia mengaku terpesona oleh sensualitasnya dan menganggapnya sebagai ekspresi seni. Namun tak sedikit yang mencemoohnya. Paus misalnya, mencela film Ecstasy melalui surat kabar Vatikan.

Suami Hedy juga tidak terima istrinya digambarkan demikian. Seperti diberitakan Time, ia berusaha membeli dan menghancurkan setiap salinan film yang ditemukan. Catholic Legion of Decency juga mengutuk film itu. Bahkan, pejabat AS menyitanya atas nama aturan ketaksenonohan.

Meski begitu, Ecstasy akhirnya berhasil menembus layar lebar Amerika, sekitar tujuh tahun kemudian. Namun, ia hanya ditayangkan secara terbatas. Tak ada label dari MPAA yang biasa memberi rating film, maupun Hays Code yang menetapkan pedoman moral industri film. Hedy sendiri juga ikut melarikan diri ke Amerika, agar terlepas dari suaminya yang disebut-sebut juga merupakan anggota NAZI.

Hedy pun dikenal sebagai pelopor seksualitas perempuan. Meski dalam dirinya, ia merasakan pertentangan. Sebagai aktris muda, ia mengaku tak benar-benar tahu apa yang akan dilakukan saat dirinya setuju atas peran Eva. Dikenal sebagai 'Ecstasy Girl', Hedy menuturkan dirinya tak terlalu bangga akan debutnya itu.

"Orang-orang melihat saya seperti hewan di kebun binatang," katanya pada majalah LIFE.

Perlahan, citra seksualitasnya dibuat menurun secara hati-hati. Dalam film berikutnya, Algiers, ia tak lagi tampil terlalu sensual.

Tapi bagaimana pun, menurut Anne Helen Petersen, penulis buku Scandals of Classic Hollywood, Hedy telah meletakkan sebuah tonggak sejarah. Meski ia bukan dikenal sebagai aktris paling berbakat pada zamannya, ia membantu menciptakan sinema modern yang tak lagi menganggap seksualitas sebagai hal tabu.

Karena Hedy, kini Dakota Johnson bisa dipuji memerankan Anastasia Steele, tokoh utama Fifty Shades of Grey, dengan tangan diikat ke ranjang, mata ditutup, dan dicambuk. Hedy meninggal pada tahun 2000, di usia 85 tahun. (rsa/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER