Hanum Rais, Meramu Cerita Museum Jadi Novel Laris

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Minggu, 22 Feb 2015 10:03 WIB
Mantan jurnalis itu mengikuti insting yang menuntunnya mengeksplorasi lebih jauh fakta-fakta terkait Islam yang ia temukan.
Hanum Rais, pengarang 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika, ketika ditemui CNN Indonesia di Sudirman Jakarta Selatan (18/2). (CNN Indonesia/Endro Priherdityo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kesuksesan 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika membawa nama Hanum Rais menjadi salah satu dari jajaran penulis papan atas di Indonesia. Kedua novel yang ditulisnya itu kental akan muatan agama. Namun, ia sama sekali tak terasa menggurui.


Putri politisi Amien Rais itu membuat novelnya lebih pop dengan alur cerita petualangan, berbalut sejarah dan drama. Lihat saja 99 Cahaya di Langit Eropa yang sudah difilmkan. Dibintangi Acha Septriasa dan Abimana Aryasatya, film itu laris karena mampu meleburkan fakta religi dengan kisah humanis.

Kepada CNN Indonesia, Hanum menceritakan inspirasi yang membuatnya dapat menulis dua novel yang langsung meledak di pasaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya dan suami memang gemar jalan-jalan ke museum dan menanyakan mengenai cerita di balik apa yang kami temukan," ujar Hanum saat ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu (18/2).

Mantan jurnalis itu mengikuti insting yang menuntunnya mengeksplorasi lebih jauh fakta-fakta terkait Islam yang ia temukan. Menurutnya itu menarik, karena Eropa dan Amerika jelas dikenal sebagai benua dengan penduduk mayoritas non-muslim.

Tak jarang, Hanum harus menyewa pemandu wisata khusus untuk memberikan informasi terkait suatu hal.

Seringkali itu memang tak cukup. Demi memuaskan rasa penasaran, Hanum pun melakukan riset dari internet. Riset itu lantas melengkapi potongan-potongan informasi yang kemudian dirangkainya menjadi suatu cerita.

Karya yang tertunda

Meski 99 Cahaya di Langit Eropa rilis lebih dulu, sebenarnya Hanum menulis kisah Bulan Terbelah di Langit Amerika sebelum buku pertama. Saat itu, ia mendapatkan tugas meliput korban teroris WTC pada 9 September 2001.

Wanita berkerudung itu pun berangkat ke New York sembari menemani sang suami, Rangga Almahendra, yang tengah menempuh studi di sana.

"Namun karena bingung saat itu mau dibuat seperti apa, ya Bulan di Langit Amerika ini ditunda, dan saya mulai mengerjakan 99 Cahaya di Langit Eropa," ujar Hanum menjelaskan.

Meski inti ceritanya sama, masih tentang penelusuran fakta Islam di negeri barat, Hanum menjamin Bulan Terbelah di Langit Amerika akan berbeda dengan 99 Cahaya di Langit Eropa. Bukan hanya terkait waktu pembuatan cerita, Bulan Terbelah di Langit Amerika juga lebih menonjolkan petualangan ketimbang drama.

Hanum lalu membocorkan sedikit adegan dalam novel yang juga akan dimuat di filmnya.

"Nanti Hanum dan Rangga akan berpisah, terbelah. Namun nanti akan bersama kembali. Ketika itu, bukan hanya mereka yang bersatu, tetapi juga orang-orang di sekeliling mereka."

Berpisahnya ia dan suami dalam novel itulah yang menjadi inspirasi atas judul Bulan Terbelah di Langit Amerika. Ditambahkan Hanum, ia juga ingin menyusupkan semangat Nabi Muhammad yang dapat mukjizat 'membelah' bulan.

Ikut menulis skenario

Bulan Terbelah di Langit Amerika saat ini tengah menyiapkan proses produksi film. Meski belum tentu diperankan aktor yang sama seperti 99 Cahaya di Langit Eropa, Hanum menjamin film keduanya bakal berkualitas sama seperti novel.

"Saya sendiri ikut terlibat dalam penyusunan skenario film," ujarnya meyakinkan.

Hanum menyadari, mengubah imajinasi dari kata-kata menjadi sebuah gambar nyata bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk itu, Hanum mengaku tidak ingin terlalu memasukkan idealisme penulisnya. Ia akan sedikit lebih longgar dengan menolerir beberapa modifikasi kisah, asal tidak meninggalkan alur utama.

Selain itu, Hanum juga menjamin, semua tempat yang dideskripsikan dalam novelnya akan muncul di layar lebar. Namun, itu memang butuh waktu dan proses yang lebih panjang. Ia ingin produksi filmnya menjadi aman dan tenang.

Proses pengambilan gambar Bulan Terbelah di Langit Amerika akan mulai dilakukan dalam bulan Mei tahun ini, dan diperkirakan akan membutuhkan waktu selama sebulan di Amerika.

Namun, meski Bulan Terbelah di Langit Amerika telah menjadi sebuah penantian publik yang terlanjur menyukai kisah sebelumnya, Hanum belum dapat memastikan waktu tayang filmnya.

"Saya belum dapat memastikan apakah dapat tayang tahun ini atau tidak, doakan saja." ujar Hanum sembari tersenyum.

(rsa/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER