Jakarta, CNN Indonesia -- Didominasi warna merah jambu dan berdesain bangunan klasik. Petugasnya berseragam serba ungu, elevatornya berteknologi lawas dan berwarna merah darah. Itu setidaknya gambaran awal yang ditangkap dari Hotel Grand Budapest.
Kisah yang terjadi di hotel itu dan melibatkan dua petugas, Gustave serta Moustafa, membawa
The Grand Budapest Hotel mendapatkan empat piala dalam ajang Oscar 2015 di Dolby Theater Los Angeles, Minggu (22/2) waktu setempat.
The Grand Budapest Hotel meraih Riasan dan Tata Rambut Terbaik, Desain Kostum Terbaik, Original Score Terbaik, dan Desain Produksi Terbaik. Adam Stockhausen, art director film itu mengisahkan dari mana inspirasi untuk hotel imajiner di negara fiktif bernama Zubrowka itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikisahkan, Zubrowka merupakan sebuah negara di Eropa yang berada di tengah perang. "Kebanyakan inspirasi untuk hotel itu kami dapatkan saat mengunjungi Karlovy Vary di Republik Ceko," kata Stockhausen, mengutip National Geographic.
Namun, Stockhausen tidak serta-merta menyontek hasil kunjungannya. Ia memperkaya kreasinya dengan berbagai penelitian, termasuk melihat foto beberapa hotel di London, Skotlandia, Swiss, dan tempat-tempat lain di Eropa. "Tapi secara personal, saya pikir desainnya paling banyak dipengaruhi Grandhotel Pipp," katanya.
Hotel itu terletak di sebuah bukit dengan pemandangan Karlovy Vary, kota yang dipenuhi bangunan berwarna pastel. Setelah mendapatkan gambaran tentang kota dan hotel imajiner dalam pikirannya, Stockhausen lantas menyiapkan lobi.
Dalam The Grand Budapest Hotel, lobi menjadi lokasi pengambilan gambar yang penting, selain elevator. Di sanalah Moustafa, yang diperankan F. Murray Abraham, bertemu Gustave (Ralh Fiennes). Di sana pula Moustafa duduk tenang saat kembali mengunjungi hotel legendaris itu.
"Kami melakukan ribuan penelitian dari beragam bangunan Eropa, untuk dijadikan satu sebagai lobi hotel," kata Stockhausen. Namun, ia juga menyesuaikan dengan lokasi pengambilan gambar, yakni sebuah bangunan tua di Jerman yang dibangun tahun 1912, dan punya banyak baja.
Stockhausen kemudian memberi detail bangunan dari gabungan riset yang ia inginkan. "Sebagai contoh, kami menggunakan lantai keramik yang sama seperti Grandhotel Pupp. Detail lain, kami terinspirasi dari Obecni dun, sebuah bangunan di Praha yang dipenuhi kaca," ia menjelaskan.
Ini bukan proyek pertama Stockhausen bekerja sama dengan sutradara Wes Anderson. Sebelumnya, ia menjadi art director juga untuk film The Darjeeling Limited dan Moonrise Kingdom. Namun, bagi Stockhausen The Grand Budapest Hotel adalah yang paling besar dan menarik, terlepas dari fakta bahwa ia menggenggam Piala Oscar.
Sebab, dari secuil set dalam film itu saja, ia seperti bisa melihat keseluruhan dunia.
"Kami bekerja di Jerman dan Republik Ceko, tapi kami juga ke Polandia dan menemukan banyak ide dari negara lain. Zubrowka benar-benar didasarkan pada bagian dunia. Dengan pengalaman itu, saya akan selalu mengenang perjalanan saya di sana setiap menonton film ini," ujarnya.
Stockhausen mengaku tidak mengalami kesulitan berarti, kecuali memikirkan bagaimana memindahkan gaya hotel dari tahun 1920-an ke akhir 1960-an. Ia pernah melakukannya dalam Moonrise Kingdom. Namun, kali ini set-nya lebih besar. "Itu tugas yang menakutkan," ucapnya.
(rsa/utw)