Calo Konser One Direction Tetap Bergerilya Hujan-hujanan

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Rabu, 25 Mar 2015 14:15 WIB
Hujan siang ini tidak menyurutkan langkah para calo tiket konser One Direction. Mereka pakai payung, jas hujan, dan membungkus tiket dengan plastik.
Directioners yang belum kebagian tiket diuntungkan dan menguntungkan calo. (CNNIndonesia/Endro Priherdityo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hujan mengguyur kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (25/3) siang. Namun orang-orang yang memenuhi tempat itu tidak beranjak. Mereka menggunakan apa pun untuk melindungi diri, termasuk payung dan jas hujan. Di antara mereka, adalah Arifin, seorang calo tiket.

Larangan calo berkeliaran tampaknya tak berpengaruh di lapangan. Arifin dan calo-calo lainnya bebas berkeliaran tanpa teguran dari pihak berwenang. Alasan mereka sederhana: mencari rezeki. Pihak keamanan pun membiarkan, selama para calo tidak membuat kerusuhan.

Arifin bergerilya di antara anak-anak muda yang berkerumun di sekitar GBK. Mereka berjibaku dengan hujan untuk membeli atau menukarkan tiket konser One Direction. Boy band asal Inggris itu akan tampil di panggung megah GBK pukul 20.30 nanti. Tapi GBK sudah dipenuhi manusia sejak pukul 10 pagi tadi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arifin sendiri menjadi calo tiket selama 30 tahun. Siang ini, ia terlihat mondar-mandir di antara penonton, mencari mereka yang kelebihan maupun membutuhkan tiket. Ketika diwawancara CNN Indonesia, Arifin tengah menyimpan beberapa tiket tribune One Direction berbungkus plastik agar tidak basah ketika dibeli pengunjung.

Ia pun menunjukkan selembar tiket bagian tribun seharga Rp 500 ribu yang ia beli seharga Rp 800 ribu dari penonton. Tiket itu bakal ia jual kembali dengan harga Rp 1 juta. Untung Rp 200 ribu bisa dibilang lumayan untuk dikantongi.

"Kalau mau beli tiket di calo, untuk jaga-jaga minta calo tersebut antar ke pintu untuk pengecekan keasliannya," kata Arifin menyarankan, atas nama profesionalisme.

Memang sering terjadi, calo menjual tiket palsu di tengah keriuhan konser-konser besar. Namun di sisi lain, Arifin mengaku pernah juga ditipu oleh pengunjung. Sudah jauh-jauh diantar ke dalam arena konser, sang pembeli menghilang.

Keuntungan yang didapat calo asal Surabaya itu pun sebenarnya tidak bisa ditebak. Ia tidak selalu mengantongi rupiah dalam jumlah besar. Pria 58 tahun itu pernah mendulang untung ketika menjual tiket Taylor Swift di Ancol tahun lalu. Untung bersih yang ia bawa pulang bisa sampai Rp 7 juta hanya dalam semalam.

Namun, ia pun pernah menerima rugi besar. Tiket Janet Jackson yang dijajakannya tidak laris satu pun, sehingga ia rugi puluhan juta rupiah.

Arifin mendapatkan tiket-tiket tersebut dari para pengunjung yang telah membeli namun batal menonton, atau sponsor yang mendapat tiket lebih. Untuk One Direction, ia mengakui, banyak karyawan salah satu bank swasta yang menjadi sponsor memilih menjual tiket kepada calo ketimbang menonton Harry Styles cs berjoget di atas panggung. Bagi mereka, untungnya lumayan.

Menjadi calo memang bukan pekerjaan yang mudah. Namun, strategi marketing yang digunakan Arifin cukup sederhana. Ia hanya berusaha menjual dengan jujur demi istri dan anak-anaknya.

Penonton dan calo tiket konser One Direction berhujan-hujanan. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo)
Ia bahkan pernah memberikan tiket konser K-Pop secara gratis kepada seorang gadis pecinta musik Korea itu, lantaran uangnya kurang dan ia tak ada lagi uang untuk pulang ke rumah.

"Saya juga pernah dapat tiket dari pengunjung seharga Rp 2,7 juta secara gratis, karena ia kelebihan duit," katanya. "Tapi saya enggak enak menerimanya," ucap Arifin melanjutkan.

Jangan salah, Arifin  juga sudah punya beberapa pelanggan tetap. Mereka memilih memesan tiket pada calo dengan sedikit bayaran tambahan, daripada mengantre membeli di loket. Arifin pun tak ingin mengecewakan pelanggannya. Ia selalu memastikan tiketnya asli dan harganya cocok.

Sebagai profesional yang berpengalaman, pria yang mengaku pernah jadi pengawal Inul Daratista saat masih menjadi biduan kampung itu sadar kawan-kawan seangkatannya sudah tak banyak yang jadi calo lagi. Namun, Arifin tetap bertahan dengan 'profesinya'. Ia tahu, meski banyak yang berpandangan negatif, di satu sisi ia bisa jadi penolong di saat mendesak.

(rsa/rsa)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER