Jakarta, CNN Indonesia -- Kehadiran Kota Tua Jakarta, sebagai warisan era kolonial, telah menjadi salah satu pusat peradaban penting di Nusantara. Bukan hanya terkait perdagangan, juga pusat kebudayaan.
Kini, Kawasan Kota Tua Jakarta dibangkitkan kejayaannya sebagai pusat kebudayaan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Pemprov) bekerja sama dengan Institut Kesenian Jakarta.
Usaha pembangkitan tersebut memfungsikan salah satu gedung tua milik PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) di Jalan Malaka No, 7-9 yang bernama Gedung Cipta Niaga, sebagai tempat berkreasi komunitas musik, teater, dan film yang akan dioperasikan oleh para mahasiswa IKJ.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semuanya berasal dari permintaan Gubernur DKI yang menginginkan Kota Tua menjadi pusat kebudayaan dengan berbasis komunitas di sini," kata Direktur PT Pembangunan Kota Tua Jakarta (JOTRC) Lin Che Wei di Jakarta (29/4).
Lin mengungkapkan, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok kerap kali menerima pengaduan mengenai kawasan Kota Tua yang bermasalah, dari perawatan bangunan cagar budaya, hingga ribut antarkomunitas budaya.
Sudah gusar dengan hujan pengaduan tersebut, Ahok meminta Lin untuk memilih tempat yang akan dibangun menjadi pusat komunitas budaya, baik teater, musik, maupun pengambilan lokasi film.
Keputusan Lin memilih gedung yang dibangun sejak 1920 ini karena minim biaya renovasi, tidak terdapat pedagang kaki lima, memiliki lokasi yang bagus, dan mudah diakses, sesuai keinginan Pemprov.
"Keberadaan Teater Jakarta di Taman Ismail Marzuki kini menjadi susah diakses oleh seniman-seniman kecil, sehingga keberadaan pusat kebudayaan berbasis komunitas menjadi sangat penting," kata Gunawan Muhammad, pendiri komunitas budaya Salihara.
Kerja sama pun dijalin antara Pemprov, IKJ, PPI, dan JOTR. Pemprov menjanjikan akan membiayai biaya sewa gedung PPI selama 20 tahun yang mencapai lebih dari Rp 20 miliar. Peminjaman 20 tahun dimaksudkan agar seniman memiliki kepastian tempat dan tidak mudah digusur.
Pihak IKJ, menurut Lin, melalui Slamet Rahardjo menyanggupi akan menjadi motor penggerak kesenian musik, teater, dan film di lokasi tersebut. Bahkan dukungan ini datang juga dari perhimpunan alumni IKJ.
Sedangkan pihak JOTR selaku pengembang kawasan Kota Tua, akan mencari dana hibah untuk operasional calon pusat kebudayaan tersebut.
"JOTRC sudah siap, PPI selaku pemilik tempat sudah siap, kini semua tergantung kepada DKI kapan akan mencairkan dana pembayaran sewa dan IKJ mengenai program-program yang akan dilaksanakan," kata Lin.
Usaha ini juga diharapkan membangun kesadaran dari masyarakat untuk lebih menghargai warisan cagar budaya.
Pihak JOTRC telah berencana mengembangkan 27 gedung tua di sepuluh titik di wilayah Kota Tua, seperti Toko Merah yang sebelumnya adalah Dutch Academie de Marine, akademi kelautan tertua di Asia, dan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang dikenal sebagai Batavia Society for Arts & Science.
Kemudian masih ada gedung bekas toko buku dan penerbitan Belanda, GKolff ft Co (1848) di Jalan Kalibesar Timur III yang akan difungsikan untuk komunitas buku.
Namun sayang, masih belum ada ketetapan tanggal pasti kapan pusat kebudayaan yang mulai digadang-gadang ini akan siap menggerakkan masyarakat di sekitarnya untuk ikut bergabung.
(end/vga)