Jakarta, CNN Indonesia --
Fifty Shades of Grey karya E.L. James terinspirasi
Twilight. James mulanya hanya melanjutkan kisah cinta Bella dan Edward berdasarkan versinya. Pramoedya Ananta Toer, penulis besar Indonesia, pernah terang-terangan mengaku tulisannya dahulu menyontek John Steinbeck.
Artinya, setiap orang punya inspirasi untuk karyanya. Bagaimana dengan Ayu Utami, penulis Saman yang sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris, Belanda, Jepang, Perancis, Italia, Cheko, dan Jerman itu? Ditemui beberapa waktu lalu, Ayu membocorkan inspiratornya.
Setidaknya tiga buku yang menjadi favoritnya. Pertama, kata Ayu, Al-Kitab. Alih-alih seperti kitab undang-undang yang mengatur hidup, Ayu menganggapnya sebagai buku dongeng yang berisi berbagai kisah. Ia banyak menemukan cerita seram maupun erotis di sana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika dikomparasikan, buku-buku tulisan Ayu sekarang memang banyak mengandung kesan mistis, filosofis, sekaligus erotis. Terutama buku terakhirnya,
Simple Miracles yang pada bagian awal sudah menuturkan tentang arwah.
“Sejak kecil saya suka baca itu. Menurut saya sangat menarik, karena isinya kok beda ya sama yang diceritakan pastur di gereja,” ucapnya. Ayu selalu antusias membacanya.
Kedua, kisah Tintin. Hampir semua seri Tintin disukai Ayu. Ada rasa haus petualangan, penasaran, serta logika berpikir yang didapatnya dari situ. Bahkan, mantan pemenang Wajah Femina itu menuturkan Tintin lah salah satu yang menginspirasinya jadi wartawan.
“Tapi yang sebelum ada Kapten Haddock kurang lucu ya. Setelah ada, itu baru ada humornya juga. Saya suka,” penulis
Bilangan Fu itu berkata mengungkapkan pendapatnya.
Masih ada satu lagu buku yang menginspirasi Ayu, terutama soal gaya penulisannya. Seperti halnya yang pertama, buku ke-tiga ini sama sekali tidak umum. Ayu kepincut buku
Pengantar Linguistik Dasar yang ditulis Ferdinand de Daussure, pemikir dari Swiss.
Saussure dikenal sebagai ahli linguistik dan semiotika. Ia banyak memelopori pemikiran soal kedua bidang itu pada abad ke-20. Ia bahkan dijuluki sebagai Bapak Linguistik Abad ke-20, serta bersama Charles Sanders Peirce menjadi Bapak Semiotika alias Bapak Semiologi.
“Saya baca itu pertama waktu zaman kuliah. Kalau enggak salah waktu itu bukunya baru pertama diterjemahkan. Saya baca, dan langsung suka,” ucap Ayu menerangkan. Tanpa disadari, lanjutnya, ketiga buku yang jadi inspirasinya berkutat di bidang kebahasaan.
(rsa/vga)