Jakarta, CNN Indonesia -- “
Picture yourself in a boat on a river/ With tangerine trees and marmalade skies/ Somebody calls you, you answer quite slowly/ A girl with kaleidoscope eyes.”
Agaknya ada di antara kita yang mengernyitkan dahi saat coba memahami makna lirik lagu Lucy In The Sky With Diamonds milik The Beatles, yang dirilis sekitar setengah abad lalu.
Banyak orang mengira, lirik lagu ini tak mudah dipahami karena dibuat John Lennon dkk saat sedang “tinggi” alias mabuk. Namun hal ini disangkal putra sang legenda, Julian Lennon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Julian, lagu
Lucy In The Sky With Diamonds terinspirasi foto semasa kecil Lucy O’Donnell yang dibubuhi judul serupa. Lucy tak lain teman sekelas Julian.
Terlepas dari latar belakangnya, kini makna lirik lagu tersebut bisa dipelajari secara akademis. Bahkan tak sebatas liriknya saja, melainkan juga melodi, harmoni, dan struktur lagunya.
Badan penguji Inggris AQA memasukkan Lucy dalam kualifikasi akademik The General Certificate of Secondary Education (GCSE) yang setara ujian nasional untuk sekolah menengah di Inggris.
Selain Lucy, dua lagu lain dari album Sgt Pepper’s Lonely Hearts Club Band (1967), yaitu
With A Little Help From My Friends serta
Within You Without You, juga masuk GCSE.
Para siswa di SMP serta SMA tertentu di Inggris, Wales dan Irlandia Utara akan mempelajari kerangka dasar album
Sgt Pepper’s supaya bisa lebih “memahami musik.”
Setelah mempelajari musik dan komposisi ketiga lagu tersebut, kemudian mereka akan mempertunjukkannya, sebagai salah satu bagian dalam ujian musik GCSE.
“Ini merupakan kehormatan besar bagi The Beatles, lagu-lagunya dimasukkan AQA ke dalam GCSE,” kata Ernie Sutton mewakili British Beatles Fan Club.
“Kami memilih The Beatles karena John, Paul, Ringo and George berjasa mendefinisikan musik popular,” kata Kepala Jurusan Musik AQA Seb Ross. Karena itu dimasukkan dalam kurikulum.
Lebih jauh, Ross menjabarkan soal jasa The Beatles: Kehadiran album ikonik
Sgt Pepper pada era ’60-an merupakan cikal bakal kelahiran musik pop di Inggris.
Tokoh musik lain yang masuk kurikulum yaitu Santana dan Joseph Haydn. Siswa pun mempelajari lagu-lagu, dari
Single Ladies milik Beyonce sampai
Nessun Dorma karya komposer Giacomo Puccini.
Santana dianggap mewakili pemusik tradisional. Siswa mempelajari album ke-17 Santana,
Supernatural, yang memenangkan sembilan nine Grammy pada 1999.
Siswa juga mempelajari
Symphony 101 in D Major “The Clock” (1794) karya Haynd serta
Rodeo (1942) karya komposer Amerika Aaron Copland, terutama babak
Saturday Night Waltz dan
Hoedown.
Beberapa kritikus dan pendidik musik menyatakan dukungan terhadap pilihan karya yang masuk kurikulum ini. Namun tidak sedikit juga yang menyatakan keberatan.
“Lanskap musikal sudah berubah,” kata Sean Gregory dari Barbican Centre and the Guildhall School of Music and Drama. “Motivasi kaum muda dalam mempelajari musik sudah berganti.”
Bila dulu hanya musik klasik yang menjadi acuan, kini musik pop juga mendapat porsinya. Hal ini tentu saja membuka pemahaman siswa terhadap genre musik lain yang mempengaruhi sisi kreatifnya.
Lalu, bagaimana pendapat si siswa sendiri? Sebagian merasa bosan melulu mempelajari The Beatles, dan sebagian lain menyebut karya Santana, “a bloody awful record.”
Toh begitu mereka merasa senang, karena kurikulum baru ini memberi porsi lebih bagi mereka untuk menampilkan kemampuan bermusik, ketimbang sekadar menyerap teori di kelas.
(vga/vga)