Ardita Mustafa
Ardita Mustafa
Penulis adalah lulusan Institut Kesenian Jakarta yang menggemari karya-karya dari band The Velvet Underground dan Sonic Youth.

Tidak Semua Laki-laki

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Senin, 08 Jun 2015 11:46 WIB
Mungkin pemikiran masyarakat bahwa kaum Caitlyn kurang laki, kini, bisa dibalik: ternyata tidak semua laki-laki bisa seberani kaum Caitlyn.
Penampilan baru Bruce Jenner sebagai Caityln menghiasi sampul majalah Vanity Fair. (CNNIndonesia Internet/Annie Leibovitz/Vanity Fair)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Berita mengenai perubahan jati diri ayah tiri Kim Kardashian, Bruce Jenner, menjadi wanita bernama Caitlyn tersiar setelah berita heboh tentang fenomena suara terompet langit yang terdengar di beberapa negara.

Sebagian umat agama mungkin mengaitkan berita tersebut dengan tanda-tanda kiamat dari Tuhan. Yang jelas, berita transgender Caitlyn menyelamatkan media dari kiamat rating.

Caitlyn mengaku untuk pertama kalinya bahwa dirinya adalah wanita yang terjebak di tubuh pria saat diwawancara dalam acara bincang-bincang Diane Sawyer, yang disiarkan oleh stasiun televisi ABC, 20/20, pada Jumat (24/4) waktu Amerika.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut lembaga survei Nielsen, seperti yang dikutip dari USA Today, tayangan berdurasi dua jam itu mendapatkan rating tertinggi sejak 15 tahun terakhir penayangannya.

Acara bincang yang pertama kali disiarkan pada Juni 1978 itu juga menjadi tayangan non-olah raga pada Jumat yang paling banyak ditonton sejak 2003.

Caitlyn mampu membuat 16,9 juta penonton di Amerika duduk manis di depan televisi melihat kenyataan bahwa seorang peraih medali emas di Olimpiade senang memakai baju wanita.

Kemudian pada awal Juni, Caitlyn kembali melakukan wawancara eksklusif di majalah Vanity Fair, sekaligus melakukan pemotretan dengan busana wanita.

Menurut badan audit Alliance for Audited Media, seperti yang dikutip dari Advertising Age, majalah Vanity Fair yang terbit setiap bulan "hanya" laku 193.000 eksemplar.

Namun diramalkan Advertising Age, majalah Vanity Fair edisi Caitlyn yang memakai korset akan laku melebihi edisi Jennifer Aniston, pada September 2009, yang terjual sekitar 739.929 eksemplar. Ketika itu Aniston diwawancarai pasca bercerai dengan Brad Pitt.

Jadi, media konvensional di atas memang patut berterima kasih kepada Caitlyn.

Karena dengan pemberitaan drama hidupnya, kedua media yang nyaris dimakan zaman itu malah mendapat apresiasi lebih dari masyarakat.

Walau sebenarnya hidup Caitlyn tidak berhenti di satu episode Diane Sawyer dan satu edisi Vanity Fair.

Ia masih harus menjalankan sisa babak dalam hidupnya sebagai transgender, yang belum tentu mendapat apresiasi lebih dari masyarakat apalagi kaum pria.

Padahal bertransformasi menjadi Caitlyn bukan perkara mudah.

Dikutip dari Daily Mail, ia mengeluarkan dana sekitar Rp 930 juta untuk mengubah anatomi wajahnya yang tampan menjadi wanita cantik dengan melakukan prosedur pengecilan hidung, peremajaan kulit, penghilangan jakun, pengangkatan alis, implan pipi dan suntik Botox.

Kalau menjadi laki-laki ukurannya harus berani dalam hal apa pun, termasuk kenyataan ia harus menghilangkan ketampanannya, menurut saya, kurang jantan apa si Caitlyn ini?

Mengutip judul lagu dangdut Tidak Semua Laki-laki yang dipopulerkan oleh Basoefi Soedirman, mungkin pemikiran masyarakat bahwa kaum Caitlyn itu kurang laki, kini, bisa dibalik: ternyata tidak semua laki-laki bisa seberani kaum Caitlyn.

(ard/vga)
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER