Jakarta, CNN Indonesia -- Kembali dari London, Inggris, Titiek Puspa membawa "oleh-oleh" menggembirakan: kesuksesan pementasan Duta Cita (DC),
boy girl band yang dimanufakturnya sejak 2014.
Sang artis serba bisa segala zaman ini memboyong DC ke London untuk tampil di acara
Hello Indonesia 2015 yang digagas Usya Soeharjono di Trafalgar Square, pada Minggu (7/6).
Dalam surel yang dikirimkan melalui akun putrinya, Petty Tunjung Sari, kemarin (9/6), Titiek menyatakan pementasan DC di London yang diiringi komposer Dwiki Darmawan berjalan lancar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena persiapan sudah dilakukan setahun belakangan ini," tulis Titiek. "Selain
singing, dancing dan
acting, Duta Cinta juga mendapatkan pelajaran budi pekerti."
Sesuai namanya, Titiek menuliskan, "Duta Cinta menyebarkan cinta sesama negara dan bangsa, serta berusaha menjadi sahabat anak-anak seluruh dunia."
Di London, DC membawa tujuh lagu,
Helo-helo, Hono Hini, Nina Bobo, Kau dan Aku Indonesia, Lagu Buat Bunda, Lagu Buat Bunda, dan
Indonesia Pusaka.
Lagu
Nina Bobo khusus dipersembahkan oleh Titiek dan Dwiki untuk Putri Charlotte, anak Pangeran William dan Kate Middleton, yang lahir pada awal Mei.
Selain itu, Titiek sendiri juga menyanyikan lima lagu,
Welcoming Song di-medley
Warung Pojok, Marilah ke Mari, Jatuh Cinta, Kupu-kupu Malam, dan
Apanya Dong.Mengutip data
market research kantor Wali Kota London, Titiek menyatakan, tahun ini penonton Hello Indonesia 2015 meningkat, sekitar 20.000 orang (dibanding tahun lalu, kurang lebih 15.000 orang).
"Alhamdulillah, kami diterima dengan antusias," tulis Petty via surel (10/6). "Banyak yang mendengar lagu-lagu ciptaan Titiek Puspa untuk Duta Cinta. Saya, yang menyaksikan frontal di depan panggung,
dipelukin ibu-ibu, remaja-remaja putri, yang terharu bahkan menangis sesenggukan sambil mengucap terima kasih."
Petty bersyukur, misi ibundanya, Titiek, "menggugah hati saudara-saudara sebangsa di London untuk cinta Indonesia tercapai. Alhamdulillah. Terima kasih."
Reuni Papiko dalam AnganSalah satu lagu yang dibawakan DC adalah lagu ciptaan Titiek pada 1972 yang pernah dibawakan operet Papiko di TVRI. Pada 1970-1980-an, Papiko, yang dimanufaktur Titiek, sangat terkenal.
Memasuki 1990-an, Papiko mati suri. Padahal operet ini menyajikan drama musikal yang menarik, dari sisi cerita maupun lagu. Saat ditanya kemungkinan reuni Papiko, Titiek tergelak.
"Saya memang akan membuat sesuatu, tapi masih dalam angan-angan," katanya saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu, menjelang keberangkatan ke London.
"Anak-anak sekarang tidak seperti dulu. Kalau dulu, anak-anak semangat dan spontan ikut operet. Mereka tidak memikirkan uang. Apalagi dulu TVRI kan, miskin," kata Titiek.
"Sekarang, belum apa-apa, anak-anak sudah tanya
fee," keluh Titiek. Tapi personel DC, diakui Titiek, tak seperti itu, karena sejak awal sudah diajari budi pekerti.
“Selain mengajarkan
singing, acting dan
dancing selama setahun, saya juga mengajarkan mereka cinta sesama, budi pekerti, arti cinta, arti menghormati orang, kerja sama, bersyukur atas karunia.”
"Sekalipun kita tak bisa menyenangkan orang lain," Titiek berpesan, "janganlah kita menyakiti hati orang lain." Ajaran sarat falsafah ini ditanamkan Titiek kepada personel DC.
Sebelum tampil di London, DC pernah beraksi di Galeri Indonesia Kaya, di Plaza Indonesia, Jakarta. Mereka membawakan drama musikal tak ubahnya aksi Papiko dulu.
Enam dekade berkiprah di ranah hiburan, Titiek belum ingin pensiun. Ia tetap semangat berkarya, termasuk memupuk kelanjutan karier DC yang dimanufakturnya.
"Walau suara tinggal 10 persen, saya berharap di akhir usia, dalam penantian diambil Tuhan, saya masih diberi kesempatan untuk berkiprah dan diterima masyarakat."
(vga/vga)