Jakarta, CNN Indonesia -- Di era tengkuk menunduk memandang layar peranti teknologi komunikasi, segala informasi bisa didapat dengan cepat. Arus deras informasi tersebut dapat bermuara menjadi kebaikan, dan sebaliknya, keburukan.
Hal ini dimanfaatkan oleh beberapa kelompok militan untuk menjaring pengikut. Sebut saja ISIS yang menurut Badan Intelijen Amerika Serikat menggunakan jejaring sosial untuk menjala simpatisan dan pejuang asing.
Belum lagi berbagai media massa besutan ISIS yang didesain sangat modern. Menurut berbagai pemerhati terorisme, ini adalah salah satu cara mutakhir ISIS menjaring massa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, para penebar toleransi seolah terjegal akal. Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf akhirnya memecut para pegiat toleransi untuk lebih kreatif dalam menanamkan nilai-nilai keberagaman.
"Kita juga harus ekstrem menyebarkan toleransi. Jangan sampai kita kalah fokus. Jangan sampai segelintir orang nantinya mengafirkan kreativitas yang seharusnya dapat tempat," ujar Triawan dalam temu media di Jakarta, pada Rabu (10/6).
Senada dengan Triawan, penggagas Peace Generation Irfan Amalee menuturkan kisahnya ketika bertemu lima mantan mujahidin Afghanistan.
"Waktu itu, mereka bilang, kalau mau menyebarkan perdamaian, tiru kaum militan. Organisasi jelas, ada
mentoring, ada tahap pembinaan, termasuk jaminan keluarga," tuturnya.
Setelah mendengar komentar tersebut, Irfan tersentak. Ia teringat jejaring organisasinya yang luas, tapi tak begitu teratur dan saling mengenal.
"Peace Generation punya kurikulum pengajaran damai yang disebarkan di seluruh Indonesia, tapi tidak saling kenal. Akhirnya, saya data ulang 30 ribu relawan dan kami lakukan sertifikasi dengan pelatihan-pelatihan," ucapnya.
Setelah ditempa, mereka diminta menyebarkan 12 poin perdamaian kepada setidaknya dua orang setiap harinya. "Ada juga program-program perdamaian lain, seperti Peacesantren dan lain-lain. Kita harus lebih kreatif dan terorganisir," katanya.
Segala upaya kreativitas Peace Generation ternyata tak lepas dari pengamatan CEO Mizan Group Haidar Bagir. "Kita memang butuh militansi kaum moderat," ucapnya. Tujuannya, tentu saja, perdamaian.
(hanna azarya samosir/vga)