Pidi Baiq: Sesungguhnya Dunia Itu Senda Gurau

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Jumat, 12 Jun 2015 09:13 WIB
"Cinta kasih saya melewati tapal batas. Saya adalah warga negara dunia. Bagi saya, nasionalisme itu cinta berhenti di perbatasan."
Seniman kocak Pidi Baiq (CNNIndonesia/Hanna Azarya Samosir)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keengganan warga terhadap suatu rezim tak harus disalurkan secara ekstrem. Seperti seniman Pidi Baiq yang lebih memilih cara lain: "keluar" dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan mendirikan "negara" tandingan, The Panasdalam, pada 1995.

Ketika itu, pria yang kini dikenal lewat tulisan-tulisan konyol dan cerdasnya dalam buku Drunken Monster, masih berstatus mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB).

Wilayah kekuasaannya tak terlalu luas, hanya 8x10 meter, letaknya di lantai dua Gedung FSRD ITB. Penduduknya pun tak padat. Hanya 18 orang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya rasa, hanya saya presiden yang kenal betul semua rakyatnya. Satu hal penting, kami tidak mengakui PBB," katanya kepada CNN Indonesia, pada Rabu (10/6).
Alasannya mendirikan The Panasdalam, karena Presiden RI Soeharto, ketika itu, seolah tak ingin dibantu dalam menyelesaikan masalah dalam negeri. Lalu, pada 1998, Soeharto lengser, dan digantikan B.J. Habibie.

"Saat itu juga saya adakan Muktamar The Panasdalam di Dago Tea House. Kami harus memutuskan tetap di 'negara' sendiri atau gabung NKRI," kata Pidi.

Sorot matanya serius, tapi bibirnya tak kuasa menahan senyum. Tawa akhirnya pecah dan cerita pun meluncur dari mulut seniman yang akrab disapa Ayah ini. Candaan Pidi memang surealis. Tapi di balik candaannya, Pidi adalah sosok yang kritis.

"Rakyat The Panasdalam sangat kaya. Rokok saja impor dari Indonesia. Hanya di sana, saya bisa memandang luar negeri hanya dengan duduk di jendela," kelakarnya sambil sesekali membenarkan posisi topi cokelatnya di hadapan peserta Temu Jurnalis, Blogger, dan Penulis di Jakarta.

Akhirnya, The Panasdalam memutuskan untuk kembali bergabung dalam kesatuan Republik Indonesia. "Kami jadi Daerah Istimewa The Panasdalam," ucapnya sambil terkekeh.
Pada satu saat, Pidi harus melancong ke Belanda. Begitu kembali ke Tanah Air, ia terkejut mendapati penduduknya menghilang.

"Akhirnya kami jadikan band. Saya rasa, hanya The Panasdalam satu-satunya negara yang jadi band. Kami bukan menolak masuk surga (Indonesia). Bagi saya, lautan itu indah, tapi diri ini ikan air tawar yang kalau masuk laut pasti mati. Lebih baik di empang yang kecil, tapi nyaman," tuturnya mulai bermuka serius.

“Saya ini cinta Indonesia, juga Malaysia, Iran, Palestina, Irak, Belanda. Cinta kasih saya melewati tapal batas. Saya adalah warga negara dunia. Bagi saya, nasionalisme itu cinta berhenti di perbatasan," ujar Pidi.

Menurut Pidi, cinta kasih tidak seharusnya memandang bulu. Siapa pun yang teraniaya harus dibela. "Saya cinta Israel dan Palestina, tapi bela yang teraniaya," katanya.
Tak mengambil contoh jauh, Pidi menyatakan keprihatinannya terhadap kelompok-kelompok radikal di Indonesia yang tak dapat menghadapi perbedaan kekal.

"Jangan karena agama jadi berbuat tidak adil. Siapa pun yang berbuat zalim, akan saya runtuhkan," ucapnya.

Seakan tak mau berlama-lama terbakar emosi, Pidi akhirnya mengambil gitar dan menyiram keteduhan dengan petikannya. "Aku mau nyanyi aja, ah. Dulu aku punya anjing yang aku kasih nama Kucing. Ini lagunya," katanya sambil bersiap mendekap kotak bersenar.

Lagu berirama blues tersebut mengalun. Dengan riang, Ayah bernyanyi, "Aku punya anjing, kuberi nama kucing. Anjing musuhnya kucing. Dia memusuhi diri sendiri."

Beberapa menit Pidi mengisi ruangan dengan kegirangan. Ia pun menutup nyanyiannya dengan berkata, "Anjing memusuhi dirinya sendiri. Jihad yang sesungguhnya adalah melawan musuh dalam diri sendiri."

Tanpa emosi memantik, Pidi menyampaikan kritik. Dalam banyolan, Pidi menyelipkan pesan. Sang Ayah pun mengaku tidak takut mempertanggungjawabkan semuanya.

"Nanti kalau di kuburan ditanya malaikat, 'Kenapa ambil bakwan lima, ngakunya cuma satu?' Aku jawab, 'Ini kan akhirat, bukan dunia. Ngapain dibahas lagi?' Sesungguhnya dunia itu senda gurau," ucap Pidi, tersenyum lebar.

(hanna azarya samosir/vga)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER