Jakarta, CNN Indonesia -- Tak bisa dimungkiri di dunia ini memang ada profesi yang bergerak di bidang telepon seks. Mereka adalah orang-orang yang menemani penelpon untuk berbincang tentang hal-hal yang berbau seksual.
Seperti diberitakan Guardian, Phil Toledano melacak orang dibelakang telepon ini. Memotret mereka di rumah dan mengajak mereka berbicara tentang pekerjaan mereka dan fakta-fakta seputarnya.
Dia berhasil menemui para operator telepon mulai yang berusia 60 tahun dengan latar belakang pendidikan bidang antropologi sampai para pria yang menjadi operator telepon sembari main kartu.
“Anda harus menciptakan dunia yang bisa dipercaya bagi pelanggan mereka, dilengkapi dengan karakter yang kredibel hanya dalam waktu beberapa menit pembicaraan saja,” kata Toledano.
Dalam beberapa detik, operator telepon seks harus bisa memahami dengan siapa mereka bicara meski orang yang menghubungi bicara tidak jelas sekalipun. Siapa pelanggan mereka, apa yang mereka inginkan? Seorang operator telepon seks harus menggali fantasi pelanggannya yang paling gelap dan kotor sekalipun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ini adalah kontrak dari delusi diri yang timbal balik,” kata Toledano seorang fotografer dari Inggris. “Para penelpon harus diyakinkan bahwa mereka sedang berbicara dengan fantasi terdalam mereka,” katanya. “Dan operator harus mau untuk ambil bagian dalam permainan itu.”
Toledano memiliki banyak pertanyaan yang tentu saja tak langsung mendapatkan jawaban dengan mudah. “Selalu dimulai dengan senyuman masam di wajah mereka,” katanya. “Dan tidak seperti yang kalian pikir, saya tidak langsung menerima tagihan telepon yang melonjak!”
Pertama kali Toledano tertarik dengan topik ini saat melihat iklan kecil yang tersembunyi di sejumlah koran dan majalah. Dia lalu menemukan satu subyek fotonya yang pertama. Dari sana dia lalu melacak 30 operator lain di seluruh Amerika.
Dia berkunjung ke rumah-rumah operator itu, mewawancarai mereka dan mengambil foto mereka. Saat memotret lebih dari 900 nomer telepon, Toledano cuma ingin untuk mengupas tentang orang yang nyata yang berada diujung sambungan telepon.
“Saya ingin menguliti dari kedok mereka dan mengungkap apa yang sudah diharapkan atau tidak diharapkan sebelumnya, yakni kebenaran tentang orang-orang ini.”
Operator telepon seks yang ditemuinya sangat beragam dalam hal usia, ras, latar belakang budaya, sosial ekonomi dan orientasi seksualnya.
Salah satu yang dipotret Toledano adalah seorang perempuan yang sebelumnya juga bekerja di jasa keuangan, mantan penari telanjang, perempuan yang menggunakan kursi roda yang mengatakan sempat menghibur dan mengobrol dengan seorang pria yang tak lama kemudian malah menembak diri sendiri.
Juga seorang operator telepon berusia 60 tahun dengan latar belakang pendidikan antropologi budaya dari Columbia University, telah menikah selama 25 tahun dan memiliki dengan seorang anak lelaki. Mereka rata-rata bisa meraih hingga $2.000 per minggu atau sekitar Rp 25 juta, tergantung pada pengalaman masing-masing.
“Namaku Scheherazade,” kata salah seorang operator pada Toledano. “Jika saya tak menceritakan sebuah cerita yang bisa menyenangkan sang Pasha, dia akan membunuh saya di pagi hari.”
Sementara operator lain mengatakan, “Kenapa tidak mendapat bayaran dari pembicaraan yang kotor dibanding sekadar melakukannya gratis saja?”
“Saya sungguh merasa takjub dengan betapa cerdasnya mereka,” kata Toledano.
“Untuk menjadi operator telepon seks yang baik, Anda harus mau mendengarkan apa yang orang minta, mendengarkan apa yang tidak mereka minta tapi ingin mereka minta. Anda harus menciptakan dunia yang bisa dipercaya, Anda harus menjadi aktor tapi pada saat yang sama harus memiliki rasa empati yang luar biasa.”
Karya-karya foto Toledano beberapa waktu lalu dipamerkan di Hamburg, Jerman dalam ajang Triennale der Photographie. Di ajang inilah telepon seks memang untuk pertama kalinya dipamerkan.
Karya fotografi perdana Foto serial yang dibuat Toledano, disebutnya memang bersifat sangat personal — saat pertama kali membuatnya dia memang sedang berada dalam hubungannya sendiri dengan fantasi.
Di tahun 2006 saat pertama kali menjalankan proyek berjudul The PhoneSex itu, sebenarnya Tolenado sama sekali belum pernah menjalankan proyek fotografi sebelumnya. Dia hanya bekerja di sebuah rumah produksi periklanan di New York bersama istrinya Carla.
Proyek The PhoneSex dikerjakan Toledano selama 18 bulan dan menjadi karya foto profesional pertama untuknya. “Ini adalah lompatan buat saja, terutama setelah kedua orang tua saya meninggal. Rasanya masuk akal saja bisa mengeksplorasi kenyataan dibalik aksi yang disengaja dengan saling tipu — meski saat in, adalah sebuah transaksi fantasi seksual.”
“Telepon seks adalah sebuah teater,” kata Toledano.
“Sebuah renjana artifisial yang dimainkan dalam waktu yang nyata, disutradarai oleh pengkhayal verbal yang terampil. Dan hampir semua orang yang saya temui mencintai apa yang mereka lakukan. Mereka merasa telah memberikan pelayanan, membuat orang memahami diri mereka sendiri. Seringkali, dalam prosesnya, justru para operator inilah yang belajar tentang diri mereka sendiri.”
(utw/utw)