Jakarta, CNN Indonesia -- Ilmu yang baik adalah ilmu yang bisa diamalkan. Itulah salah satu pedoman hidup yang mungkin dianut oleh seniman asal Bali yang kini menetap di Daerah Istimewa Yogyakarta, I Nyoman Masriadi.
Dalam rangka mewujudkan mimpinya memajukan seniman muda di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, Masriadi belum lama ini membangun galeri seni Masardi Art Foundation (MAF).
Tidak sulit untuk mencari lokasi galeri MAF, jika pergi ditemani oleh pemandu wisata. MAF beralamat lengkap di Perumahan Bale Mulia, Sleman, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski di sekitarnya masih terlihat lahan persawahan, namun gedung MAF yang menyatu dengan deretan ruko di kompleks tersebut cukup mencolok. Bagaimana tidak, arsitekturnya sangat Eropa dengan paduan warna dinding putih dan merah gelap.
CNN Indonesia berkesempatan mengunjungi MAF dalam rangkaian Jogja Art Weeks 2015 (JAW 2015), pada Jumat (26/6). Setelah terkagum-kagum di luar,
CNN Indonesia lalu masuk ke dalam bangunan yang interior dan eksteriornya mirip rumah-rumah di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Lantai berlapis kayu, lampu sorot temaram dan embusan sejuk pendingin udara seakan tidak hanya membuat nyaman para pengunjung yang datang, melainkan juga lukisan yang sedang dipajang.
Masriadi, yang menemani
CNN Indonesia melihat-lihat MAF mengatakan, ia memang ingin membuat galeri seni yang pantas bagi para seniman muda.
"Sebagai seniman yang juga penikmat seni, saya sangat kesal kalau melihat sebuah karya dipajang dengan semena-mena. Memang, itu hanya sebuah kanvas atau keramik, tapi bagaimana pengunjung bisa tertarik jika sebuah karya dipajang dengan hanya mengandalkan gantungan paku saja?" kata Masriadi.
Sudah digagas sejak 2013 dan baru rampung pada bulan lalu, dalam perhelatan perdananya, MAF memajang hasil karya beberapa seniman muda Yogyakarta yang berpameran dalam rangka JAW 2015 bertajuk
In The Name of Risk. Kaus dengan gambar karya Masriadi yang dijual di Masriadi Art Foundation, Yogyakarta. (CNNIndonesia/Ardita Mustafa) |
Para seniman muda yang karyanya dipamerkan dalam
In The Name of Risk adalah Aditya Chandra H., I Made Agus Darmika, Justian Jafin Rock W., Lingga Ami Lisdianto dan Rara Kuastra. Karya seni dalam berbagai format tersebut dikurasi oleh Mikke Santoso.
CNN Indonesia berkeliling dari lantai dasar hingga lantai satu MAF untuk melihat-lihat karya seniman muda berbakat itu.
Beberapa karya seperti patung resin berjudul
Blue Diamond dan T
he Greatness Tales milik Aditya Chandra H. cukup membuai imajinasi. Ditambah lagi lukisan karya Rara Kuastra yang menceriakan mata.
"Ke depannya, saat akan kembali mengadakan pameran lukisan untuk seniman muda. Ya, kurang lebih usianya harus di bawah 30 tahun," ujar Masriadi.
 Lukisan karya Rara Kuastra di Masriadi Art Foundation, Yogyakarta. (CNNIndonesia/Ardita Mustafa) |
"Saya tahu rasanya menjadi seniman muda yang minim dukungan. Ke mana-mana ditolak masuk galeri. Semoga MAF bisa menjadi solusi untuk hal tersebut di masa sekarang," lanjut Masriadi.
Tidak hanya menawarkan ruang berpameran, di lantai dasar MAF juga terdapat toko
merchandise karya-karya Masriadi, perpustakaan baca dan sudut mengopi yang tidak beratap.
"Ya, pelan-pelan, satu-satulah. Saat ini yang baru berfungsi itu tempat
ngopi dan toko
merchandise. Setelah ini saya akan membereskan perpustakaan. Ruangannya besar, jadi perlu diisi banyak buku," kata Masriadi menutup pembicaraan.
Pameran
In The Name of Risk mash berlanjut hingga 7 Juli 2015 di MAF. Info MAF lebih lanjut bisa mendatangi situs web
www.masriadiartfoundation.com. (ard/vga)