Komedi Brutal Tak Terduga dari Film 'Yakuza Apocalypse'

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Selasa, 30 Jun 2015 15:31 WIB
Sang sutradara, Takashi Miike, dikenal kontroversial, tanpa sungkan mengekspos beragam kekerasan ataupun adegan berdarah-darah lainnya.
Yakuza Apocalypse menceritakan sebuah kisah perebutan kekuasaan sepeninggal bos Yakuza. (Dok. Pratama Film)
Jakarta, CNN Indonesia -- Film mengenai mafia ataupun gangster telah banyak menghiasi layar lebar, mulai dari serius hingga yang berbau komedi pun sudah silih berganti ditayangkan.

Takashi Miike, sutradara kontroversial asal Jepang, kembali menyuguhkan tontonan yang tak disangka. Ia pun merekrut aktor Indonesia sebagai salah satu pemeran utama dalam filmnya, Yayan Ruhiyan.

Performa Yayan sebagai Mad Dog dalam the Raid dan the Raid 2 telah memikat hati Miike untuk menggunakan pelaga pencak silat itu sebagai aktor dalam filmnya, Yakuza Apocalypse.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yakuza Apocalypse menceritakan perebutan kekuasaan sepeninggal bos Yakuza, Kamiura. Pemimpin Yakuza di sebuah daerah pinggiran kota tersebut memiliki kemampuan membunuh yang andal dan tak mudah diburu.

Banyak yang tidak tahu Kamiura adalah seorang vampir. Meski begitu, ia sangat dihormati oleh penduduk sekitar dan dianggap sebagai pelindung masyarakat.

Namun, suatu kali rahasia Kamiura diketahui oleh mantan sindikat internasional yang telah bertahun-tahun ia tinggalkan, dan memaksanya untuk bertarung lantaran menolak untuk bergabung kembali. Reputasinya sebagai Yakuza yang sulit dibunuh pun tercabik-cabik oleh ahli seni bela diri bernama Kyoken (Yayan Ruhiyan).

Di tengah sekarat, Kamiura masih sempat untuk menitipkan pesan terakhirnya kepada pengikutnya yang paling setia, Kageyama. Dirinya pun turut mengubah Kageyama dari seorang pria dengan kulit sensitif menjadi sosok vampir yang haus darah dan dendam.

Minimnya warisan ilmu dan perebutan kekuasaan menjadikan Kageyama memasuki masalah terbesar dalam hidupnya. Dimulailah babak demi babak pertempuran hidup-mati Yakuza atas nama kehormatan dan kekuasaan.

Miike dikenal sebagai sutradara yang kontroversial lantaran tanpa sungkan untuk mengekspos beragam kekerasan ataupun adegan berdarah-darah lainnya. Salah satu karyanya, Ichi the Killer (2001), pernah dilarang masuk Inggris bila tanpa menggunakan sensor ketat karena menggambarkan dengan gamblang kekerasan dan sadomasokis.

Yayan Ruhiyan dalam film Yakuza Apocalypse. (Dok. Pratama Film)
Namun dalam Yakuza Apocalypse, kesadisan Miike tidak segamblang film-filmnya terdahulu, lantaran Miike mencoba berkreasi dengan komedi-komedi di tengah antaman dan sabetan pedang yang digambarkan.

Film bertema mafia dan komedi memang sudah banyak, namun Miike tampaknya mencoba menawarkan jenis komedi yang unik dan di luar batas imajinasi penonton tanpa menghilangkan unsur budaya serta mitologi Jepang.

Dirinya menggunakan beberapa makhluk mitologi Jepang, seperti Kappa, atau makhluk yang memiliki bentuk tubuh mirip manusia namun dengan punggung bercangkang, jari berselaput, dan mulut berupa paruh.

Tak lupa dengan kehadiran "katak" misterius yang sanggup membuat alur cerita menjadi segar dan menjadi jenaka. Bila diperhatikan seksama, Miike membuat kisah "katak" ini seperti mirip menonton serial Ultraman ataupun Godzilla asli Jepang.

Miike tak pernah memberikan kesempatan penonton untuk menebak jalan cerita hingga film benar-benar usai. Meski seringkali komedi terasa hambar, namun keberadaan komedi tersebut setidaknya sedikit menurunkan tensi darah yang meninggi akibat melihat pertempuran sengit.

Miike juga sukses memadupadankan aksi bela diri yang memukau dengan kualitas akting yang sepadan antara Yayan Ruhiyan dan aktor Jepang, Hayato Ichihara.

Meski Ichihara bukan termasuk aktor Jepang yang akrab di Indonesia, namun kualitas akting dan secara penampilan Ichihara cukup menarik perhatian penonton. Yayan pun tampak tak terkendala meski menjadi satu-satunya pemain di luar Jepang.
Salah satu adegan dalam film Yakuza Apocalypse. (Dok. Pratama Film)
Sayangnya, peran Yayan menjadi sosok pembunuh yang juga memiliki karakter maniak manga atau otaku yang culun tidak terlalu menjadi hal menarik lantaran kurang tereksplorasi dengan baik.

Film ini diragukan akan dapat lolos sensor Lembaga Sensor Film di Indonesia, lantaran penggambaran kekerasan dan aksi bunuh-membunuh yang termasuk brutal.

Kalaupun lolos, akan terlalu banyak potongan cerita yang hilang lantaran sensor. Namun bagi pecinta film aksi gangster ataupun film Jepang lainnya, Yakuza Apocalypse ini cukup dapat diterima.

Yakuza Apocalypse rilis perdana dalam momen Director Fortnight Cannes Film Festival pada Mei 2015 lalu. Film ini masuk menjadi satu-satunya dalam sesi special screening dan ditonton oleh para sutradara dan undangan khusus Cannes Film Festival.

Bagi pengunjung bioskop yang ingin menonton film ini, pastikan Anda tidak takut atau fobia melihat senjata tajam ataupun darah dan potongan tubuh. Disarankan tidak memasuki bioskop dengan perut penuh.

[Gambas:Youtube] (ard/ard)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER