Penjualan Buku Agama dan Anak Kalahkan Novel

Rizky Sekar Afrisia & Vega Probo | CNN Indonesia
Senin, 06 Jul 2015 10:35 WIB
"Bicara tren, di toko buku tempat tertinggi masih di tempat buku agama dan anak," ujar Lucya Andam Dewi, Ketua IKAPI. Setelah itu baru novel dan nonfiksi.
Ilustrasi (Detikcom Fotografer/Rengga Sancaya)
Jakarta, CNN Indonesia -- Novel dan buku nonfiksi seperti sejarah atau motivasi sering dipajang di rak-rak utama toko buku. Judulnya berganti-ganti tiap bulan, bahkan minggu. Namun yang mencetak angka penjualan tertinggi ternyata bukan buku-buku genre itu, menurut Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), Lucya Andam Dewi.

Dihubungi CNN Indonesia, pada Jumat (3/7), Lucya menuturkan penjualan tertinggi justru dihasilkan oleh buku-buku yang tak diduga. "Bicara tren, di toko buku tempat tertinggi masih di tempat buku agama dan anak," ujar Lucya menyebutkan. Setelah itu, baru novel dan nonfiksi.

Sayangnya, Lucya tidak punya data persis berapa persen penjualan masing-masing genre buku. Yang jelas, Indonesia punya lebih dari 30 ribu judul buku per tahun, berdasarkan catatan, pada 2014.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi data itu tidak terlalu akurat ya, karena ada begitu banyak penerbit," katanya. Yang tergabung dalam IKAPI hanya 1.300 penerbit. Itu pun tidak semua aktif. Yang produktif hanya sekitar 700 sampai 800 penerbit. Belum lagi menghitung buku-buku yang diterbitkan secara independen, bukan lewat penerbit mainstream.

Namun bahwa buku agama dan anak banyak diminati, ternyata bukan hanya di dalam negeri saja, lantaran Indonesia termasuk negara dengan pemeluk Islam terbanyak. Buku-buku semacam itu juga disukai asing, saat Indonesia melakukan pameran di luar negeri. Buku itu pasarnya besar.

"Contohnya saat kita pameran di India, sekitar Januari lalu. Kita baru datang dan kaget karena ternyata buku hijab banyak yang minat," ujar Lucya menjelaskan. Selain itu, buku anak-anak juga mencuri perhatian.

"Orang Turki kagum sama buku anak kita. Mereka enggak tahu kalau Indonesia ada buku anak yang bagus seperti itu," kata Lucya lagi.

Tak heran, tema agama juga diboyong ke Jerman, saat Indonesia menjadi tamu kehormatan Frankfurt Book Fair 2015. Goenawan Mohamad, Ketua Komite Nasional Pelaksanaan Frankfurt Book Fair 2015 menegaskan pernyataan itu.

Karena mengusung tema "17.000 Islands of Imagination", buku-buku muslim pun ikut dibawa. "Menteri Agama juga akan hadir. Publik sana berpendapat tema Islam pun menarik. Nanti ada dua pengarang yang akan bicara soal Islam," kata Goenawan pada CNN Indonesia.

Sekalipun penjualan buku agama dan anak mampu mengalahkan bukul novel, menurut CEO Kelompok Penerbit Agro Media Antonius Riyanto, penjualan buku novel masih lebih unggul ketimbang buku sastra.

“Penjualan buku novel untuk remaja dan buku fiksi lebih bagus, sementara penjualan buku sastra kurang bagus,” kata Antonius saat dihubungi CNN Indonesia via sambungan telepon, pada Sabtu (4/7).

Sebagai perbandingan, fiksi dan novel remaja yang best seller dari penerbitannya mencapai 20 ribu hingga 100 ribu jilid per dua bulan atau tiga bulan. Sungguh kontras dengan penjualan buku sastra hanya seribu hingga dua ribu jild saja per tahun!

Tanpa ragu Antonius pun mengakui penjualan buku sastra di Indonesia yang “kurang komersil” dan “jelek banget.” Ia menyebut, penjualan buku remaja Koala Kumal karya Raditya termasuk salah satu yang bagus.

“Mayoritas pembaca buku berusia 14 sampai 25 tahun,” kata Antonius. “Di atas usia itu, orang yang sudah lebih mapan lebih suka membaca via peranti elektronik."

(vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER