Jakarta, CNN Indonesia -- Pernah mendengar kisah hantu di sekolah? Rasanya hampir setiap sekolah memiliki cerita mistiknya masing-masing. Untuk kali ini, tampaknya Jason Blum, produser
Insidious dan
Paranormal Activity, ingin mengangkat hal tersebut sebagai bahan utama proyek terbarunya,
The Gallows.Kisah bermula dari kecelakaan tragis yang dialami sebuah klub drama sekolah menengah ketika mementaskan pertunjukan mengenai hukuman gantung kepada sang tokoh utama. Namun nahas, sang aktor benar-benar tergantung hingga tewas akibat malfungsi properti yang digunakan. Kematiannya pun menjadi buah bibir.
Dua puluh tahun kemudian, para penerusnya akhirnya mendapatkan izin dari pihak sekolah untuk kembali mementaskan pertunjukan bertajuk
The Gallows tersebut. Kali ini, semua tampak nyaris sempurna hingga malam menjelang pertunjukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun tidak semua orang menyambut antusias akan pertunjukan tersebut. Ryan, sebagai sahabat dari Reese sang pemeran utama pria, merasa sahabatnya yang juga tim
football tersebut adalah aktor buruk dan menghasut Reese untuk mengacaukan pertunjukan tersebut sebelumnya atas nama harga diri.
Mereka mengajak Cassidy, kekasih Ryan, untuk membantu melancarkan rencana mereka. Dan pada malam sebelum hari pertunjukkan, mereka bertiga menyusup ke sekolah untuk menghancurkan set yang sudah siap.
Namun, ketika tengah asik menghancurkan properti, tingkah mereka diketahui oleh Pfeifer yang menjadi pemeran utama wanita sekaligus asisten sutradara pertunjukkan tersebut. Tetapi saat mereka akan kembali membenarkan set, rupanya ada "pihak" yang tidak ingin mereka terburu-buru dalam membenarkan set tersebut.
Kejadian demi kejadian mistik mulai menghantui empat remaja tersebut. Di tengah upaya menyelamatkan diri, satu per satu misteri yang menghantui pertunjukan drama dan sejarah sekolah tersebut pun terkuak.
Model pengambilan gambar yang dilakukan sutradara sekaligus penulis Travis Cluff dan Chris Lofing membuat penonton seolah melihat dari berbagai rekaman yang dibawa oleh Ryan dan teman-temannya sepanjang lari dari makhluk gaib tersebut.
Gaya pengambilan gambar seperti itu sebenarnya rawan membuat penonton pusing karena melihat gambar yang tidak stabil dan berpindah-pindah adegan dengan cepat. Meski terihat bukan laksana rekaman asli seperti pada
Paranormal Activity 1, tapi cukup untuk menimbulkan ketegangan pada penonton mengikuti teror yang dirasakan karakter.
Tampaknya Blum memutuskan untuk lebih menjual ketegangan ketimbang mistik dari kisah horor di sekolah ini. Dalam film ini, penonton tidak akan menemukan hantu seseram yang ada dalam
Insidious ataupun
Conjuring. Tidak ada iblis di sini.
Alur cerita yang memang dibuat benar-benar "apa adanya" ini memang bukan ditujukan untuk membuat bulu kuduk merinding, apalagi sampai menutup mata. Namun bersiaplah untuk menyumpah serapah karena ketekejutan yang diberikan Cluff dan Lofing.
Film ini sebenarnya memiliki peluang untuk mendekati capaian dari
Paranormal Activity dan
Insidious, yang masih dianggap sebagai salah satu "iblis" dari
genre horor Hollywood. Namun cerita yang disajikan masih kurang kuat dan seram hingga akhirnya bukan ketakutan yang dirasakan penonton, lebih kepada
shock dan galau.
Tetapi film yang dirilis di Amerika Serikat pada 10 Juli ini memaksa penonton menyaksikan hingga usai, guna menyantap kejutan yang telah dipersiapkan oleh Blum, teknik yang sama seperti pada film serial
Insidious.
[Gambas:Youtube] (end/vga)