Jakarta, CNN Indonesia -- Sruti Respati telah hidup bersama keroncong sejak lahir. Ia tumbuh besar dalam budaya dan seni Jawa yang sangat kental karena bapaknya seorang dalang. Sampai sekarang, Sruti menganggap keroncong adalah pilihan hidupnya.
Namun Sruti yang berkiprah di panggung keroncong sejak SMA, melihat musik itu kini tak lagi sama seperti dahulu. Ada optimisme dalam rangkaian lantunan magis yang biasanya diimbangi lengkingan suara nan merdu itu.
"Sekarang banyak anak muda yang sudah minat dengan keroncong,
cuman memang untuk promosi masih kurang. Sehingga banyak yang tidak tahu padahal banyak yang suka," kata Sruti kepada
CNN Indonesia ketika ditemui di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sruti baru saja menggelar konser keroncong kecil menyambut ulang tahun ke-70 Kemerdekaan Republik Indonesia. Konser berjudul
Sapu Lidi itu berisi beberapa lagu yang semuanya bertema kemerdekaan, tapi dibuat keroncong.
Bukan hanya keroncong yang ia tampilkan, Sruti juga menyuguhkan monolog bertema perjuangan dan revolusi yang dibawakan Putu Fajar Arcana. Monolog tersebut sukses mengentalkan suasana perjuangan dalam konser berdurasi sejam itu.
Tanpa disangka, bangku auditorium tempat berlangsungnya konser
Sapu Lidi penuh dan padat oleh penonton. Yang membuat semakin tidak biasa, bangku lebih dipenuhi penonton muda ketimbang senior, yang memang mengalami momentum awal adanya Republik Indonesia.
"Saya harus optimistis soal keroncong, banyak anak muda yang suka," kata Sruti antusias.
Ia tidak salah. Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tersebut telah membuktikan bahwa di tengah budaya Barat yang menghantam anak muda, kini para tunas bangsa itu "pindah haluan."
Diakui Sruti, mencapai titik itu tidaklah mudah. Musisi asal Solo itu harus bersabar menghadapi perkembangan musik yang telah hidup bersamanya sejak kecil. Sesabar menunggu penonton muda penuh menghadiri konsernya.
Pasalnya, secara khusus bentuk perhatian berupa promosi terhadap keroncong memang sangat kurang. Tak banyak penyanyi keroncong yang rela mengadakan konser hanya untuk menyanyi keroncong, apalagi yang tak berbayar.
Sruti rela melakukannya karena menganggap itu sebuah wujud perjuangan yang konkret. Cara itu bisa mempromosikan penonton. Selain konser, ia pun mendaulat Dimas, putranya sendiri, untuk bernyanyi
Indonesia Pusaka secara keroncong.
"Bentuk saya yang riil adalah mengajak anak saya untuk nyanyi
Indonesia Pusaka dengan nada keroncong. Dia adalah orang yang paling dekat dengan saya. Saya mengajak dia untuk tidak apatis terhadap keroncong," ujar Sruti tegas.
(rsa/rsa)