Jakarta, CNN Indonesia -- Gerah dengan isu dan konflik suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), sekelompok anak muda bersekutu untuk menyuarakan perdamaian dan sikap anti-SARA lewat drama musikal.
Mereka tergabung dalam kelompok seni akting Jakarta Movement of Inspiration atau JKTMOVEIN dan siap menggelar drama musikal
Gemuruh, pada 15-16 Agustus 2015. Drama musikal ini bertempat di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Sebelumnya, pada Agustus 2014, JKTMOVEIN sudah lebih dulu menggelar drama musikal bertajuk
Musikal Sekolahan. Sebagaimana isi siaran pers, pertunjukan ini dihadiri sekitar 2.000 penonton.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kali ini, JKTMOVEIN 2015 diminati 1.268 pendaftar. Setelah melewati proses seleksi, akhirnya hampir seperdelapan dari pendaftar—terdiri dari pelajar serta mahasiswa Jakarta dan sekitarnya—terpilih menjadi tim inti.
Gemuruh bercerita tentang empat suku di sebuah negeri, yaitu Sikara, Aruna, Tranggana dan Balin. Perbedaan kepercayaan dan gaya hidup keempat suku tersebut lantas memicu konflik SARA.
Gemuruh mengetengahkan tema yang relevan untuk saat ini: meretas kesulitan hidup demi membangun kehidupan yang damai dan rukun, tanpa kecamuk SARA.
Karina Salim, selaku salah satu mentor para aktor
Gemuruh, menggarisbawahi sulitnya berakting dalam drama musikal. Walau tak berpartisipasi sebagai pemain
Gemuruh, ia kerap membagi idenya dengan sang produser, Nurul Prameswari.
"Aku, sebagai anak yang lahir dari panggung balet, tahu bahwa drama musikal itu enggak gampang, harus punya
skill nyanyi,
nari dan akting yang sama-sama kuat. Harus punya tiga-tiganya. Buat aku, orang yang bisa melakukan seperti itu hebat banget," kata salah satu pemeran utama musikal
Onrop! ini.
"Aku enggak bisa ikut di musikal ini, tapi setidaknya aku dan Nurul
udah sharing dari pengalaman aku di teater dan film," kata Karina seraya mengaku sempat kaget mengetahui jumlah pendaftar JKTMOVEIN 2015 yang membeludak. "Aku
seneng liat peserta
cast-nya
talented banget."
(vga/vga)